Skabies merupakan penyakit kulit
akibat infestasi tungau Sarcopte scabiei, yang ditemukan hampir pada
semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi.
Di beberapa negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari
populasi umum dan insiden tertinggi pada anak usiasekolah dan remaja. Di
Indonesia, prevalensi skabies pada tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95%.
Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang
paling sering terjadi saat itu Pada tahun 2003,terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) skabies di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di tahun 2004,
prevalensi skabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%.
Arundany,
A.S.2011. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG
CINA (Cassia alata L.L.) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jawa Timur.
Masa
inkubasi dari penyakit Scabies bervariasi antara 10-42 hari. Rasa gatal akan
nampak lebih jelas pada saat cuaca panas yaitu terjadi peningkatan aktifitas
tungau (Sheahan, 1974). Bervariasinya masa inkubasi ini diduga erat kaitannya
dengan kelebatan dari bulu bagian tubuh yang terserang. Penderita mengalami
iritasi, tampak tidak tenang, menggosok-gosokkan tubuhnya, turunnya nafsu makan
yang mengakibatkan merosotnya kondisi tubuh, serta turunnya pertambahan berat
badan, kelemahan umum dan dapat berakhir dengan kematian. Disamping itu
penderita dapat mengalami anemia (Sheahan, 1974; Putra dan Gunawan, 1981;
Abu-Samra et all., 1981a). Kejadian eosinofilia pada babi penderita (Sheahan,
1974) dapat sampai 4-5%, serta pada kambing penderita sampai 16-30% (Abu-Samra
et al.,1981a) dibanding dengan hewan normal.
Budiantono. 2004. KERUGIAN EKONOMI AKIBAT SCABIES DAN KESULITAN
DALAM PEMBERANTASANNYA. Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner,
Kelinci
adalah hewan percobaan yang penting, dan juga penting untuk produksi daging.
Oleh karena itu, informasi di bawah ini berguna juga untuk peternak kelinci dan
untuk mereka yang menggunakan kelinci dilaboratorium. Disamping itu kelinci
merupakan satwa harapan, binatang kesayangan karena dan lucu, kulit bulunya dan
kotorannya bisa dijadikan pupuk organik yang sangat baik. Berbagai faktor
teknis yang menghambat dalam pengembangan kelinci antara lain (1) kurangnya
ketersediaan bibit bermutu, (2) tingginya mortalitas, (3) harga pakan yang
mahal untuk skala komersial, (4) terbatasnya teknologi produksi yang tersedia dan
(5) kurang sosialisasi dan promosi peranan kelinci di masyarakat.
Iskandar,T.2005.BEBERAPA PENYAKIT PENTING PADA
KELINCI DI INDONESIA. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
Gejala
klinis yang ditimbulkan penyakit scabies adalah gatal-gatal disertai
terbentuknya bintik-bintik (rash), papula, dan vesikula. Antara papula satu dengan
papula yang berdekatan letaknya, terlihat gambaran alur yang merupakan garis
penghubung kedua papula tersebut. Keadaan tersebut dapat terjadi pada penderita
skabies yang belum lama dan belum pernah diobati dengan obat anti skabies.
Lokasi kemerahan, papula dan vesikula sebagai akibat skabies terdapat di
bagian-bagian tubuh seperti kulit diantara jari-jari tangan, siku, aksila,
dada, daerah inkuinal, lutut, dan kelamin
Iskandar, T.2000. MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN
MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA. WARTAZOA Vol.
10 No. 1: 29-34
Kelinci
merupakan salah satu ternak alternatif penghasil daging yang patut
dipertimbangkan untuk tujuan memenuhi kesenjangan antara tingginya jumlah
permintaan dan kurangnya ketersediaan produk asal ternak. Hal ini disebabkan
kemampuan ternak kelinci untuk berkembang biak secara cepat. Periode
kebuntingan yang pendek, cepat dewasa kelamin, prolifikasi tinggi dan kemampuan
kawin kembali yang singkat setelah partus, kesemuanya menyebabkan interval
generasi yang pendek serta kebutuhan permodalan dan tata laksana yang relatif
sederhana dibandingkan dengan usaha ternak lain merupakan beberapa keunggulan
yang dimiliki ternak ini.
Tarsono,dkk.2009. PERFORMA LITTER KELINCI-INDUK
LOKAL YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN UBI JALAR DISUPLEMENTASI SEJUMLAH KONSENTRAT
BERBEDA. J.
Agroland 16 (1) : 78 – 84
kelinci
jantan dikawinkan pertama kalinya pada umur 9,2 bulan, sedangkan kelinci betina
7,9 bulan. Rata-rata siklus birahi pada kelinci adalah 11 hari. Lama
kebuntingan pada kelinci rata-rata 29,83 hari. Seekor kelinci betina dapat
menghasilkan anak sekitar 8,8 ekor per kelahiran. Umur sapih pada kelinci yaitu
37,83 hari dan tergantung permintaan pembeli atau pedagang perantara. Kelinci
dapat dikawinkan lagi 24,9 hari setelah lepas sapih. Kelinci dapat beranak 6,69
kali dalam satu tahun. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa penampilan reproduksi ternak kelinci potong di Kota Batu sudah baik,
namun kelinci jenis potong tidak dikembangbiakkan sebagai kelinci pedaging
melainkan sebagai pembibitan untuk dijual atau dikembangkan anakannya.
Fauzi,dkk.2015. PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY. Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.
Kandang
sebagai tempat perkembangbiakan sebaiknya memiliki suhu berkisar antara 15-20o
Celcius, sirkulasi udara lancer, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi
ternak dari predator. Kandang berdasarkan kegunaanya dibedakan menjadi kandang
induk, baik induk dewasa maupun induk dengan anak-anakannya, kandang pejantan
dan kadang untuk lepas sapih. Tidak ada ukuran tertentu untuk kandang, ukuran
didasarkan pada skala usaha, iklim, kemudahan pengelolaan dan ukuran ternak itu
sendiri. Kandang dengan ukuran 200 x 70 x 70 cm cukup untuk menampung 12 induk
/ 10 pejantan. Kandang dengan ukuran 50 x 35 x 45 cm dapat digunakan untuk
anakan dan kelinci lepas sapih.
Widagdho,N.D.2008. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP’S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Waktu
mengawinkan induk kelinci yang tepat terutama yang dipelihara pada daerah
dataran rendah adalah pagi hari atau sore hari pada saat suhu lingkungan ticlak
terlalu panas. Sedangkan pada daerah dataran tinggi . waktu untuk mengawinkan
kelinci tidak menjadi masalah karena suhu lingkungan sudah dalam keadan sejuk
sehingga peternak tinggal menyesuaikan waktu luang yang tersedia . Kegagalan
kebuntingan. banyak terjadi pada perkawinan kelinci yang dilakukan dengan suhu
lingkungan yang terlalu panas. Cekaman lingkungan yang panas pada pejantan
dapat menghambat fertilitas sedangkan pada betina berisiko terjadinya kematian embrio
atau terjadinya abortus. Selain itu ads kecendrungan induk kelinci menghasilkan
liter size yang rendah. sehingga tidak menguntungkan dalam budidaya. Waktu yang
tepat untuk kelinci kawin. adalah pada saat betina sedang estrus. Oleh karena
itu sebelum dikawinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada induk. Jika
dipaksakan untuk mengawinkan induk yang tidak estrus . sangat berisiko untuk
tidak terjadinya kebuntingan sehingga dapat merugikan peternak.
Sumadia IW.P Dan Denny Purnama.2000. KEGAGALAN
REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI.Teknis
Fangsional non Peneliti
Nisbah
kelamin atau "Sex Ratio" adalah perbandingan dari persentase kelamin
jantan dan betna pada suatu kelahiran (Nalbandov, 1975). Secara teoritis perbandingan
jantan - betina adalah 50 : 50 % (Robert, 1956 ; Mc Donald , 1976), artinya
perbandingan yang dilahirkan antara jantan dan betina seimbang Hafez (1970) mengatakan
bahwa, jantan lebih sedikit dilahirkan dari pada betina . Sandford (1979) menjelaskan
bahwa, hal ini terjadi akibat kematian embrio jantan sebelum dilahirkan lebih
tinggi. Robert (1956) melaporkan bahwa, persentasejantan lebih tinggi pads
waktu bunting dibandmgkan seat lahir . Embrio jantan yang mati akan diserap
kembah atau dapat juga abortus. Sastrodihardjo 1985, melaporkan bahwa nisbah
kelamin padapeternakan kelinci di Jawa memiliki kesamaan ywtu 50 : 50%dengan
kisaran 30 : 70%.
Purnomo,R.D.2000. POLA REPRODUKSI PADA
TERNAK KELINCI. Teknis Fangsional non Peneliti
Kelinci
dapat tumbuh dan berkembangbiak walaupun hanya diberikan hijauan dan limbah
pertanian sebagai pakan utamanya. Pemeliharaan ternak kelinci secara
tradisional dapat dilakukan dengan pemberian berbagai jenis leguminosa dan
rumput-rumputan. Disamping itu dengan memanfaatkan sisa – sisa dari sayuran dan
pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, ampas tahu, pollard mampu
meningkatkan produktivitas kelinci. Pemeliharaan secara intensif dengan
menggunakan ransum komplit yang merupakan campuran dari bahan seperti jagung,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, pollard, vitamin – mineral, kapur
dan garam mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan.
Budiari,N.L.G.2014. PENGARUH ARAS KULIT KOPI
TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN KELINCI LOKAL JANTAN (Lepus
negricollis), Tesis PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar