Minggu, 28 Agustus 2022

PUSTAKA MENGENAI SCABIES (GUDIG)

 

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcopte scabiei, yang ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi pada anak usiasekolah dan remaja. Di Indonesia, prevalensi skabies pada tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95%. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang paling sering terjadi saat itu Pada tahun 2003,terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) skabies di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di tahun 2004, prevalensi skabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%.

Arundany, A.S.2011. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG

CINA (Cassia alata L.L.) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jawa Timur.

Masa inkubasi dari penyakit Scabies bervariasi antara 10-42 hari. Rasa gatal akan nampak lebih jelas pada saat cuaca panas yaitu terjadi peningkatan aktifitas tungau (Sheahan, 1974). Bervariasinya masa inkubasi ini diduga erat kaitannya dengan kelebatan dari bulu bagian tubuh yang terserang. Penderita mengalami iritasi, tampak tidak tenang, menggosok-gosokkan tubuhnya, turunnya nafsu makan yang mengakibatkan merosotnya kondisi tubuh, serta turunnya pertambahan berat badan, kelemahan umum dan dapat berakhir dengan kematian. Disamping itu penderita dapat mengalami anemia (Sheahan, 1974; Putra dan Gunawan, 1981; Abu-Samra et all., 1981a). Kejadian eosinofilia pada babi penderita (Sheahan, 1974) dapat sampai 4-5%, serta pada kambing penderita sampai 16-30% (Abu-Samra et al.,1981a) dibanding dengan hewan normal.

Budiantono. 2004. KERUGIAN EKONOMI AKIBAT SCABIES DAN KESULITAN

DALAM PEMBERANTASANNYA. Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner,

Kelinci adalah hewan percobaan yang penting, dan juga penting untuk produksi daging. Oleh karena itu, informasi di bawah ini berguna juga untuk peternak kelinci dan untuk mereka yang menggunakan kelinci dilaboratorium. Disamping itu kelinci merupakan satwa harapan, binatang kesayangan karena dan lucu, kulit bulunya dan kotorannya bisa dijadikan pupuk organik yang sangat baik. Berbagai faktor teknis yang menghambat dalam pengembangan kelinci antara lain (1) kurangnya ketersediaan bibit bermutu, (2) tingginya mortalitas, (3) harga pakan yang mahal untuk skala komersial, (4) terbatasnya teknologi produksi yang tersedia dan (5) kurang sosialisasi dan promosi peranan kelinci di masyarakat.

Iskandar,T.2005.BEBERAPA PENYAKIT PENTING PADA KELINCI DI INDONESIA. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner

 

Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit scabies adalah gatal-gatal disertai terbentuknya bintik-bintik (rash), papula, dan vesikula. Antara papula satu dengan papula yang berdekatan letaknya, terlihat gambaran alur yang merupakan garis penghubung kedua papula tersebut. Keadaan tersebut dapat terjadi pada penderita skabies yang belum lama dan belum pernah diobati dengan obat anti skabies. Lokasi kemerahan, papula dan vesikula sebagai akibat skabies terdapat di bagian-bagian tubuh seperti kulit diantara jari-jari tangan, siku, aksila, dada, daerah inkuinal, lutut, dan kelamin

Iskandar, T.2000. MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA. WARTAZOA Vol. 10 No. 1: 29-34

Kelinci merupakan salah satu ternak alternatif penghasil daging yang patut dipertimbangkan untuk tujuan memenuhi kesenjangan antara tingginya jumlah permintaan dan kurangnya ketersediaan produk asal ternak. Hal ini disebabkan kemampuan ternak kelinci untuk berkembang biak secara cepat. Periode kebuntingan yang pendek, cepat dewasa kelamin, prolifikasi tinggi dan kemampuan kawin kembali yang singkat setelah partus, kesemuanya menyebabkan interval generasi yang pendek serta kebutuhan permodalan dan tata laksana yang relatif sederhana dibandingkan dengan usaha ternak lain merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki ternak ini.

Tarsono,dkk.2009. PERFORMA LITTER KELINCI-INDUK LOKAL YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN UBI JALAR DISUPLEMENTASI SEJUMLAH KONSENTRAT BERBEDA. J. Agroland 16 (1) : 78 – 84

 

kelinci jantan dikawinkan pertama kalinya pada umur 9,2 bulan, sedangkan kelinci betina 7,9 bulan. Rata-rata siklus birahi pada kelinci adalah 11 hari. Lama kebuntingan pada kelinci rata-rata 29,83 hari. Seekor kelinci betina dapat menghasilkan anak sekitar 8,8 ekor per kelahiran. Umur sapih pada kelinci yaitu 37,83 hari dan tergantung permintaan pembeli atau pedagang perantara. Kelinci dapat dikawinkan lagi 24,9 hari setelah lepas sapih. Kelinci dapat beranak 6,69 kali dalam satu tahun. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penampilan reproduksi ternak kelinci potong di Kota Batu sudah baik, namun kelinci jenis potong tidak dikembangbiakkan sebagai kelinci pedaging melainkan sebagai pembibitan untuk dijual atau dikembangkan anakannya.

Fauzi,dkk.2015. PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY. Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.

Kandang sebagai tempat perkembangbiakan sebaiknya memiliki suhu berkisar antara 15-20o Celcius, sirkulasi udara lancer, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Kandang berdasarkan kegunaanya dibedakan menjadi kandang induk, baik induk dewasa maupun induk dengan anak-anakannya, kandang pejantan dan kadang untuk lepas sapih. Tidak ada ukuran tertentu untuk kandang, ukuran didasarkan pada skala usaha, iklim, kemudahan pengelolaan dan ukuran ternak itu sendiri. Kandang dengan ukuran 200 x 70 x 70 cm cukup untuk menampung 12 induk / 10 pejantan. Kandang dengan ukuran 50 x 35 x 45 cm dapat digunakan untuk anakan dan kelinci lepas sapih.

Widagdho,N.D.2008. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP’S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Waktu mengawinkan induk kelinci yang tepat terutama yang dipelihara pada daerah dataran rendah adalah pagi hari atau sore hari pada saat suhu lingkungan ticlak terlalu panas. Sedangkan pada daerah dataran tinggi . waktu untuk mengawinkan kelinci tidak menjadi masalah karena suhu lingkungan sudah dalam keadan sejuk sehingga peternak tinggal menyesuaikan waktu luang yang tersedia . Kegagalan kebuntingan. banyak terjadi pada perkawinan kelinci yang dilakukan dengan suhu lingkungan yang terlalu panas. Cekaman lingkungan yang panas pada pejantan dapat menghambat fertilitas sedangkan pada betina berisiko terjadinya kematian embrio atau terjadinya abortus. Selain itu ads kecendrungan induk kelinci menghasilkan liter size yang rendah. sehingga tidak menguntungkan dalam budidaya. Waktu yang tepat untuk kelinci kawin. adalah pada saat betina sedang estrus. Oleh karena itu sebelum dikawinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada induk. Jika dipaksakan untuk mengawinkan induk yang tidak estrus . sangat berisiko untuk tidak terjadinya kebuntingan sehingga dapat merugikan peternak.

Sumadia IW.P Dan Denny Purnama.2000. KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI.Teknis Fangsional non Peneliti

 

Nisbah kelamin atau "Sex Ratio" adalah perbandingan dari persentase kelamin jantan dan betna pada suatu kelahiran (Nalbandov, 1975). Secara teoritis perbandingan jantan - betina adalah 50 : 50 % (Robert, 1956 ; Mc Donald , 1976), artinya perbandingan yang dilahirkan antara jantan dan betina seimbang Hafez (1970) mengatakan bahwa, jantan lebih sedikit dilahirkan dari pada betina . Sandford (1979) menjelaskan bahwa, hal ini terjadi akibat kematian embrio jantan sebelum dilahirkan lebih tinggi. Robert (1956) melaporkan bahwa, persentasejantan lebih tinggi pads waktu bunting dibandmgkan seat lahir . Embrio jantan yang mati akan diserap kembah atau dapat juga abortus. Sastrodihardjo 1985, melaporkan bahwa nisbah kelamin padapeternakan kelinci di Jawa memiliki kesamaan ywtu 50 : 50%dengan kisaran 30 : 70%.

Purnomo,R.D.2000. POLA REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI. Teknis Fangsional non Peneliti

 

Kelinci dapat tumbuh dan berkembangbiak walaupun hanya diberikan hijauan dan limbah pertanian sebagai pakan utamanya. Pemeliharaan ternak kelinci secara tradisional dapat dilakukan dengan pemberian berbagai jenis leguminosa dan rumput-rumputan. Disamping itu dengan memanfaatkan sisa – sisa dari sayuran dan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, ampas tahu, pollard mampu meningkatkan produktivitas kelinci. Pemeliharaan secara intensif dengan menggunakan ransum komplit yang merupakan campuran dari bahan seperti jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, pollard, vitamin – mineral, kapur dan garam mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan.

Budiari,N.L.G.2014. PENGARUH ARAS KULIT KOPI TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN KELINCI LOKAL JANTAN (Lepus negricollis), Tesis PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar