KESEDERHANAAN SEORANG PEMIMPIN YANG PROFESIONAL
Disusun
Oleh :
Nama : Muhamad Ibnu Sutanto
NIM : D1E014140
Kelas : C
KEMENTRIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya paper yang berjudul “Kesederhanaan Seorang Pemimpin Profesional".
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penulisan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. H. Muhammad Nuskhi, M.Si., selaku
dosen mata kuliah Kepemimpinan, yang memberikan dorongan serta masukan kepada
penulis.
Penulis berharap paper ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa
paper ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca.
Purwokerto,
17 Juni 2015
Penulis
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kepemimpinan
adalah suatu proses seseorang dapat menjadi pemimpin melalui aktivitas yang
terus menerus sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya dalam rangka untuk
mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan terbaik di dunia sepanjang sejarah
adalah kepemimpinan Rosululloh saw. yang dibantu oleh peran sahabat-sahabatnya.
Karakter merupakan elemen penting yang menentukan keberhasilan sebuah
kepemimpinan. Karakter pemimpin sangat menentukan maju mundurnya sebuaf
organisasi yang dibawa. Baiknya organisasi akan terwujud dengan karakter
pemimpinnya yang memadahi.
Pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya mempunyai gaya nya masing-masing. Kesederhanaan adalah gaya
kepemimpinan yang efisien, dimana ia menenpatkan sesuatu pada tempatnya.
Pemimpin sederhana juga menjadi dambaan anggotanya. Seorang pemimpin
yang bijak akan menolong rakyatnya untuk menghindari kerugian dan dosa.
Tolong-menolong antar sesama juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan,
sehingga pembangunan suatu wilayah dapat dilaksanakan dengan kebersamaan. Namun
tolong menolong dalam kebaikan adalah yang diutamakan dibanding dalam
keburukan.
|
Profesionalisme
menuntut seseorang untuk memiliki keahlian dalam bidangnya. Melalui
profesionalisme seseorang akan bekerja sesuai dengan job task, sehingga
pekerjaan dilaksanakan dengan waktu yang tepat, sungguh-sungguh dan menjadi
sebuah amanah.
1.2
Tujuan
a. Mengkaji
tentang hijrah sebagai pembentuk masyarakat madani.
b. Mengkaji
tentang karakter pemimpin yang islami.
c. Mengkaji
tentang kesederhanaan seorang pemimpin.
d. Mengkaji
tentang pemimpin yang suka tolong-menolong.
e. Mengkaji
tentang moral seorang pemimpin.
f. Mengkaji
tentang sikap profesional seorang pemimpin.
II. MASYARAKAT
MADANI
2.1
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang
besar untuk menggerakkan potensi organisasi, kegagalan dan keberhasilan suatu
organisasi maupun suatu komunitas masyarakat dalam mencapai target dan
tujuannya (Djunaedi,2005). Pemimpin pada dasarnya
adalah seorang yang mempunyai tugas untuk memimpin, dimana dalam diri seorang
pemimpin harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan seperti apa yang sudah
dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Veitzhzal Rivai dkk (2013), Ki Hajar
Dewantara mengajarkan agar seorang pemimpin itu harus memiliki sifat ing ngarso sung tuloda artinya di depan pemimpin memberi contoh dan
teladan, ing madyo mangun karso di
tengah pemimpin membangun karsa, gagasan ide dan karya dan
tutwuri handayani artinya di
belakang memberi dorongan/motivasi. Prinsip ini sangat perlu dilaksanakan dan
dipegang teguh oleh pemimpin zaman sekarang.
|
2.2
Aqidah
Pemimpin
Aqidah merupakan
iman, kepercayaan atau keyakinan yang sungguh-sungguh dan murni yang tidak
dicampuri oleh rasa ragu sehingga kepercyaan dan keyakinan itu mengikat
seseorang di dalam segala tindak-tanduknya. Keimanan yang kokoh merupakan
syarat mutlak seseorang untuk menjadi pemimpin dan sekaligus untuk dipilih
sebagai pemimpin. Mereka yang tidak memiliki kekokohan iman bukan saja tidak
layak menjadi pemimpin bahkan terlarang untuk dipilih sebagai pemimpin
(Suryadi, 2007). Hal tersebut dikarenakan jika orang selalu berpangkal pada
aqidah islam akan selalu damai dan tenteram hidupnya karena islam mengajarkan
kebaikan kebaikan yang semuanya bersumbar dari Allah dalam alquran yang
merupakan petunjuk hidup bagi manusia (Ariffudin,2009). Sehingga dengan
ketenangan atau ketentraman yang ada diharap mampu menjadi kemudahan dalam
memimpin, dan membawa anggotanya dalam jalan yang dikehendaki oleh Allah.
Aqidah yang
merupakan formulasi nalar islam yang brpangkal pada pengakuan dan keyakinan
tersebut, pembahasanya pun mengalami perubahan sesuai konteks perkebangan yang
melingkupinya. Yang dimaksud aqidah nalar yang berpangkal pada pengakuan
terhadap keyakinan tersebut adalah melalui syahadat mengakui bahwa tuhan adalah
Allah dan juga Rasulullah sebagai utusannya. (Suprapto, 2009). Sejarah yang
sudah sangat umum tentang Rasulullah Saw yang melakukan hijrah dari kota Mekah
ke Madinah. Hijrah tersebut merupakan suatu peristiwa besar dan amat penting
dalam sejarah kerasulan Muhammad Saw.
Selain itu hijrah itu sendiri juga mengandung makna ketulusan dan
dedikasi kaum Muhajirin waktu itu pada keimanan dan aqidahnya (Ibrahim, 2012).
2.3 Kecerdasan Pemimpin
Pemimpin
melakukan fungsi kepemimpinan sesuai dengan bidangnya atau keahliannya.
Pemimpin harus mempunyai tiga macam kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual (Susanto, 2007). Hal tersebut menunjukan bahwa seorang
pemimpin dituntut memiliki ketida kecerdasan yang mendukung kelanncaran
kepemimpinannya. Dari keterangan tersebut Manurung (2012) menambahkan, bahwa seorang
pemimpin yang efektif, adalah pemimpin yang menunjukkan kemampuan untuk
mencapai hasil dengan bekerja keras dan berdedikasi tinggi. Kepemimpinan
mencakup keahlian dan seni yang mampu menginspirasi atau memotivasi orang-orang
untuk bekerja mencapai tujuan . Hal tersebut erat kaitannya dengan hubungan
antara pemimpin itu sendiri dengan anggotanya.
Kecerdasan emosi adalah tingkat
kecemerlangan seseorang dalam menggunakan perasaannya untuk merespon keadaan
perasaan dari diri sendiri maupun dalam menghadapi lingkungannya. Pemimpin,
secara khusus membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena mereka
berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di luar organisasi dan
mereka membentuk moral karyawan (Supriyanto &
Eka, 2012). Kecerdasan emosional sendiri erat hubungannya dengan kecerdasan
spiritual, dimana kecerdasan spiritual diartikan oleh Andriani (2010) sebagai
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan
kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan
dengan pencerahan jiwa. Orang yang mempunyai SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup yang dialaminya sendiri maupun orang lain.
2.4 Kekuatan Kecerdasan Pemimpin
Seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus mempunyai kekuatan untuk
mengendalikan anggotanya. Pemimpin yang dapat mengendalikan perasaannya,
menjalankan kontrol dan menunda kepuasan mampu menjalankan peran sebagai model
bagi para pengikut dan mereka akan menghormati para pemimpinnya (Kahar, 2008).
Manusia telah dikaruniai akal yang digunakan dalam membandingkan mana yang yang baik dan yang buruk. Akal
tersebut adalah pembeda diantara mahluk-mahkuk Allah yang lainnya. Banyak
sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an mengenai syariat ( hukum – hukum ) Allah dan
perintah-perintahNya selalu disertai dengan rinci hukum sebab-akibat yang
rasional. Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT sangat menghargai akal dan
memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya (Aziz, 2012).
Kekuatan imbalan sebagai motivasi yang
positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar manusia dan mendorong
mereka untuk mematuhi perintah dan pelaksanaan aturan. Imbalan sebagai motivasi
yang positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar karyawan (Dwika
dkk, 2013). Namun tak selalu kekuatan pemimpin menjadi andalan disetiap
situasi, kekuatan kecerdasan akan lebih sering dibutuhkan dalam penyelesaian
sebuah masalah. Casmini (2007) memaparkan bahwa kecerdasan dapat didefinisikan
melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar untuk
memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, dan secara
kualitatif suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan
dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.
2.5
Ahli Strategi
Seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya membutuhkan strategi
atau kiat-kiat untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi yang kuat kepada
pengikutnya. Hal tersebut dikarenakan semangat kerja seseorang berpengaruh pada
usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya (Asnawi, 1999). Banyak yang mendefinisikan akan arti
dari strategi, salah satunya definisi strategi menurut Marrus (2007) yaitu
merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Sahabat Rosul Abdullah Bin Abu Bakar contohnya beliau adalah
seorang intelijen muda yang masih belasan tahun seperti Ali ra, ia adalah
saudara kandung Aisyah ra putri dari Abu Bakar ra. Ia mampu berkomunikasi
dengan baik pada orang lain sehingga
orang-orang Qurays tidak mengetahui bahwa apa yang mereka rencanakan dan
bicarakan adalah tentang Nabi Muhammad SAW benar-benar telah disadap dan
diinformasikan kepada Rasulullah SAW (Al-Ghazali, 2008). Di indonesia contoh
yang bisa kita teldani yaitu apa yang
dilakukan oleh walikota Solo, Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi.
Beliau menerapkan strategi “Nguwongke“ (memanusiakan) untuk PKL atau pedagang
kaki lima. PKL diajak berdialog dan makan bersama, didampingi bebepentunganrapa
lembaga swadaya masyarakat. Itu di-lakukan terus menerus dan hasilnya, beberapa
wilayah solo sudah terbebas dari PKL (Hasan, 2012). Dari sikap bapak Jokowi
tersebut tercermin bahwa beliau mengutamakan kerjasama antara pemerintah dengan
masyarakat.
2.6
Fisik Pemimpin
Tugas terpenting
dari seorang pemimpin adalah untuk memimpin orang, memimpin pekerjaan, dan
memanfaatkan sumber-sumber materil secara maksimal. Untuk melaksanakan tugas
itu dengan baik, seorang pemimpin harus memiliki kondisi fisik yang sehat
sesuai dengan tugasnya. Tugas kepemimpinan tertentu menuntut sifat kesehatan
tertentu pula (Yusuf, 2007). Kesehatan fisik sangatlah berpengaruh dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan. Adanya kesiapan berupa kesehatan jasmani
diharapkan untuk menghindari kemungkinan-kemugkinan buruk yang akan muncul dari
ketidak sempurnaan panca indra seorang pemimpin sangatlah penting. Pemimpin
mewakili kepentingan masyarakat banyak, karenanya untuk kemaslahatan masyarakat
yang lebih besar, maka kesempurnaan fisik seseorang sangat diperlukan (Bisyri,
2010).
Terkait dengan kesehatan fisik dan kekuatan fisik, agama islam
telah memberi contoh yaitu Nabi Muhammad
SAW yang pada suatu hari pernah bergulat dengan seorang pria berbadan besar
bernama Rukanah. Dari segi fisik, Nabi Muhammad SAW kalah besar. Setelah
Rasulullah mengalahkannya dalam suatu pertandingan, Rukanah kemudian menjadi
pengikut setianya (Mujani, 2011). Hal tersebut menggambarkan rupa tidak
pengeruh pada jiwa.Selaras dengan hal tersebut islam dalam ajarannya telah jauh
memberi panduan kepada manusia dalam memilih pemimpin itu salah satunya adalah
memilih orang yang sehat fisiknya serta orang yang kuat dan dapat dipercaya.
Pemimpin adalah orang yang akan mengurus orang banyak karenanya dituntut untuk
memiliki ilmu dan sehat fisiknya (Muhammad, 2008).
2.7
Ahli Ekonomi
Secara umum
dapat dikatakan bahwa, dengan adanya faktor-faktor pendukung di bidang
perekonomian tersebut masyarakat dan memberikan dampak positif. Pemerintahan
yang baik adalah pemerintahan yang trasparan kepada masyarakatnya tentang
segala hal yang terjadi, baik berupa kemunduran maupun kemajuan daerah sehingga
masyarakat mamiliki pengetahuan serta informasi tentang keadaan tersebut
(Rahmawati,2013). Contohnya saja Abu Bakar ra. merupakan
sahabat Nabi Saw yang sangat lembut hatinya, memiliki belas kasih dan sayang
kepada yang lemah. Beliau tidak segan-segan menginfakkan hartanya dengan jumlah
besar hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Oleh karena itu melalui
hartanya, berbagai rintangan yang dihadapi bersama Rosulullah Saw dapat dilalui,
selain itu melalui harta tersebut dapat memperluas dakwah Rosululloh Saw
(Hermanto, 2014).
Dalam
pemerintahan keberadaan infrastruktur perekonomian yang baik akan mendorong peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi. Sedangkan dalam konteks ekonomi makro
ketersediaan jasa infrastruktur berpengaruh terhadap biaya produksi. Infrastuktur
dapat berperan penting dalam peningkatan produksi barang yang ada di Indonesia
dan juga peningakatan produksi jasa kemudian pendapatanpun dapat meningkat (Permana,2010).
Sesuai dengan hal tersebut Abu bakar telah meletakkan dasar-dasar Islam yang kukuh. Pada masa Abu
Bakar Assidiq beliau melaksanakan sistem ekonomi yang telah dipraktekan
Rasulullah SAW ,beliau sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat tidak berlebih atau kekurangan dalam pembayaran.
Hasil zakat itu langsung dikumpulkan di baitul mal dan di distribusikan kepada
kaum muslimin tanpa sisa (Al-Ghazali, 2008).
III.
KARAKTER
SEORANG PEMIMPIN YANG DEKAT DENGAN TUHAN
3.1 Pemimpin yang Berkarakter Menurut Islam
3.1.1
Jujur
Menurut Fandika
(2013), kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan dalam hal
perkataan dan perbuatan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
3.1.2
Komunikatif
|
3.1.3
Kompeten
Nurmianto (2006)
mengatakan bahwa ciri-ciri kompetensi adalah merupakan suatu kelompok perilaku
yang spesifik, dapat dilihat dan dapat diferifikasi yang secara reliabel logis
dapat dilihat dan dapat dikelompokan bersama serta sudah diidentifikasi. Jenis
kompetensi ada tiga, kompetensi organisasi, kompetensi pekerjaan atau teknis
dan kompetensi individual.
3.1.4
Musyawarah
Menurut
wahyuningsih (2013), musyawarah merupakan salah satu wadah atau sarana untuk
menyalurkan aspirasi dan keluhan yang dirasa membuat kehidupan kurang nyaman
untuk dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah dengan mencari kata mufakat.
3.1.5
Inspiratif
Inspiration
pemimpin artinya pemimpin mampu mengartikulasikan tujuan bersama, dapat
menentukan suatu pengertian mengenai apa yang dirasa penting dan benar sehingga
pemimpin dapat meningkatkan harapan positif mengenai apa yang harus dilakukan
(Umar, 2008).
3.1.6
Rendah Hati
Rendah hati
merupakan kemampuan menjaga keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dan
kesadaran bahwa apa yang telah dicapai pemimpin dapat terjadi karena kemampuan
dan sumbangan dari pengikut bukan dirinya sendiri. Pada intinya pemimpin yang
rendah hati adalah berawal dari perasaan yang tulus yang timbul dari hati,
berkehendak melayani yaitu menjadi pihak pertama yang melayani (Rizal, 2014).
3.1.7
Sabar
Zubed (2009)
mengatakan bahwa sabar merupakan salah satu pondasi budi pekerti dalam ajaran
agama yang lurus. Sifat ini termasuk salah satu induk dari ahlak yang mulia.
Sabar bukan berarti pasrah dan tidak melakukan apapun untuk memperbaiki
keadaan. Namun
selalu selalu memikirkan berbagai rencana yang harus dilaksanakan agar keadaan
menjadi lebih baik.
3.2 Dekat
dengan Tuhan
Muzaki (2013)
mengatakan, bahwa seseorang yang dekat dengan tuhan akan memiliki tujuan
dalam akan senantiasa menata hidupnya sesuai tuntunan agama. Orang tersebut
akan memliki tujuan dalam hidupnya, mengabdi kepada tuhan atau disebut sebagai
abdullah dan mampu menjadi khalifah.
3.2.1
Tujuan Hidup Manusia
Tuhan
menciptakan manusia hingga ia hidup mempunyai tujuan: manusia sebagai mabluknya
harus mempunyai tujuan hidup yang haqiqi bukan saja melalang buana diatas
semesta ini dalam tatanan filosofis. Keterkaitan tuhan dan tujuan manusia dalam
mengurangi kehidupan merupakan suatu landasan ideologi dalam kosmologi dan
kreasi tuhan (Rudi, 2013). Tujuan hidup manusia sendiri terbagi dua menurut
waktunya, yaitu:
a)
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka
panjang yaitu mengharap ridho Allah agar setelah kehidupan di dunia berakhir
dapat mendapatkan kehidupan yang lebih indah yaitu surga. Surga adalah tempat
nang penuh dengan kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah untuk orang-orang yang
beriman dan menjalankan perbuatan baik sebagai ganjaran atas perbuatannya (Nur,
2014).
b) Tujuan
Jangka Pendek
Tujuan pertama
dalam jangka pendek adalah bekerja. Untuk memperoleh penghasilan yang digunakan
untuk biaya selama hidupnya. Etika kerja islam menekan kerja kreatif sebagai
sumber kebahagiaan dan pencapaian kerja keras dipandang sebagai kebijakan.
Barang siapa bekerja keras maka akan berhasil dalam hidupnya (Ghozali, 2005).
Tujuan yang kedua adalah memanfaatan dan mengelola sumber daya akan alam yang
sudah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Secara luas sumber daya alam ada
dua yaitu unsur hayati dan non hayati (Yustisi, 2014). Sumber daya hayati biasa
kita kenal dengan nama sumber daya manusia (SDM), sedangkan sumber non hayati
adalah sumber daya alam (SDA).
3.2.2
Mengabdi Kepada Allah
(Abdullah)
Salah satu
bentuk pengabdian kepada Allah adalah berdakwah. Dakwah mempunyai arti yang
luas, salah satunya adalah menyampaikan ajaran agama ke orang lain. Dakwah
dalam islam menempati posisi yang penting, disebut demikian karena dakwah islam
menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat dalam suatu bangsa (Ali muddin,
2007). Dakwah sendiri biasanya berisi informasi tentang berbagai tuntunan
beragama dan kebaikan-kebaikan Allah Swt. Selain dakwah, ubudiah (pengabdian)
kepada Allah dalam kehidupan manusia sehari-hari juga dapat dilakukan dengan
melakukan perilaku yang mencakup aspek ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan
(Sulistiyo, 2010). Misalnya bekerja dengan niatan menari rizki yang telah
dijanjikan oleh Allah dengan tetap mengharap ridho dari-Nya, dan saling
tolong-menolong kepad sesama dalam hal kebaikan.
Seseorang yang
menjalankan puasa merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Allah. Objektif
utama bagi yang berpuasa ialah menjalankan takwa dalam diri seorang muslim.
Takwa yang dipupuk melalui ibadah merupakan elemen penting bagi seorang muslim
menjaga hubungannya dengan Allah demi menjaga agama dalam dirinya (Mat dan
Ghoni, 2012). Ramdhani (2012) dalam jurnalnya mengatkan bahwa amal ibadah yang
biasa dan wajib dilakukan setiap hari yaitu sholat, mampu diartikan sebagai
cara menjaga diri agar selalu dekat dengan Allah. Dengan menjalankan sholat
juga tingkat iman pasti akan bertambah. Sholat merupakan ibadah yang termasuk
dalam salah satu pengabdian kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Tujuan dari
sholat yaitu mengharapkan ridho dari Allah agar kelak dapat masuk surganya.
3.2.3
Khalifah
Manusia yang
hidup bermasyarakat dalam sepanjang sejarahnya telah mengenal adanya pemimpin
dan telah dapat mengetahui arti dari kepemimpinan raja-raja. Tipe kepemimpinan
inilah yang memenuhi lembaran sejarah selama berabad-abad lamanya sehingga pada
suatu ketika dunia disentakan oleh suatu tipe kepemimpinan yang dikenal dengan
khalifah (Amin, 2009). Kata khalifah diulang sebanyak dua kali dalam Al-Qur'an,
sedangkan pengulangan kata khala'if sebanyak 4 kali, kata khulafaa sebanyak
tiga kali, kata istakhlafa satu kali dan yastakhilifu satu kali (Jazuli, 2006).
Bukti tersebut menunjukan bahwa pentingnya seorang khalifah dalam kehidupan di
dunia.
Manusia sebagai khalifah tentunya memiliki amanah.
Metafora amanah sebenarnya diturunkan dari sebuah aksioma yang mengatakan bahwa
pada dasarnya manusia berfungsi sebagai Khalifatullah fil ardh (wakil Tuhan di
bumi) Rahardjo dalam Kholmi (2012). Islam memberikan
hak-hak bagi pemimpin yang wajib ditunaikan, ditahankan dan dajaga oleh rakyat.
Sesungguhnya maslahat umat dan masyarakat tidak akan tercapai dan teratur
kecuali dengan saling tolong-menolong antara pemimpin dan rakyat. Pemimpin
menegakkan kewajibannya demikian pula halnya rakyat dan masyarakat. Diantaranya
hak-hak pemimpin dan kewajiban terhadap mereka adalah sebagai berikut: ikhlas
dan mendo'akan pemimpin, menghormati dan taat dalam perkara selain maksiat
(Fay, 2005).
IV. PEMIMPIN SEDERHANA DAN SUKA MENOLONG
4.1 Pemimpin
Yang Efisien
Kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari orang-orang yang
dipimpin (Stiawan, 2005). Adanya kekosongan-kekosongan yang ada pada pemimpin,
baik itu dalam bentuk kekosongan jiwa, kekosongan hati ataupun kekosongan akal.
4.1.1
Kekosongan Jiwa
Kekosongan jiwa dapat terjadi karena
kurangnya kecerdasan emosional pada diri seseorang. Nurita (2014) mengatakan
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada cara seseorang menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan,
maupun interaksi dengan lingkungan sosialnya. Sehingga seringkali faktor
emosional menjadi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang.
4.1.2
Kekosongan Hati
Kekosongan hati dapat membuat seseorang
kesusahan dalam menyelesaikan masalah, karena hati tidak sanggup dalam menerima
kesusahan–kesusahan yang dialami. Oleh karena itu diperlukan kecerdasan
spiritual dalam menyelesaikan masalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya
(Suryani,2013).
4.1.3
Kekosongan Akal
|
Manajemen waktu meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Melalui manajemen
waktu ini, seseorang berupaya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang diinginkan,
sekaligus menghindari kesibukan yang tidak diinginkan. Waktu merupakan saat dan
tempat untuk belanja dan merupakan modal sesungguhnya bagi manusia, baik
individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat (Sabri, 2012). Menurut
Lizawati (2014), pengambilan keputusan pemimpin juga mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan, namun pengambilan keputusan yang otokratik akan berpengaruh
negative terhadap hasil kepemimpinan. Oleh karena itu dalam mengambil
keputusan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan berbagaima cara agar semua
pihak terpuaskan.
4.2
Cara agar Efisien
4.2.1
Dakwah
Aktivitas dakwah dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dengan
dasar keridhaan Allah SWT. Rasulullah sendiri menyebarkan agama islam dengan
cara berdakwah kepada umatnya. Dakwah dapat dirumuskan sebagai proses
penyampaian ajaran islam kepada umat manusi (Ummatin, 2008). Dalam menyampaikan
dakwah seorang pendakwah memerlukan media dakwah, dimana media dakwah adalah
hal yang sangat berperan ketika berdakwah. Fakhruroji (2010) mengatakan bahwa
dalam disiplin ilmu dakwah, media sendiri sesungguhnya lebih cenderung dipahami
sebagai saluran/channel yang digunakan oleh para pelaku dakwah baik individul
maupun komunal untuk menghantarkan pesan.
Saat ini,
masyarakat sudah dipermudah untuk bisa mendengarkan semua informasi. Salah
satunya untuk mendengarkan pengajian tidak harus berhadapan langsung dengan
ulama, namun cukup dengan mengakses internet, masyarakat bias mendapatkan bahan
bacaan keagamaan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan dimanapun mereka
berada (Iskandar2009). Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat bisa menerima
informasi yang diberikan oleh media masa. Salah satunya adalah media yang
menguasai informasi pada harian. Terkadang media masa digunakan sebagai alat
pencitraan banyak pihak sampai dengan jenjang pemerintahan. Hal tersebut
dikarenakan kehadiran media massa di masyarakat sebagai penyedia informasi
kepada masyarakat dalam kecenderungan global memiliki daya memaksa yang sungguh
luar biasa. Bahkan media massa memiliki keperkasaan mengonstruksi sebuah
tatanan kehidupan manusia (Ummatin,2008).
4.2.2
Membaca
Membaca adalah
hal yang semua manusia pasti pernah melakukannya, meski dalam penerapannya
membaca tidak dilakukan secara rutinitas. Hal-hal yang dibaca pun tidak jarang
sesuatu yang kurang bermanfaat bagi sipembaca. Rahayu (2009) mengungkapkan
bahwa membaca merupakan kebutuhan dan kegiatan sehari -hari setiap manusia, membaca juga sangat
penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek
kehidupan melibatkan kegiatan membaca sehingga kemampuan membaca merupakan
tuntunan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Membaca sebenarnya merupakan
bentuk kebudayaan. Oleh karena itu untuk mengubah masyarakat yang enggan
membaca menjadi masyarakat baca diperlukan adanya perubahan budaya. Siklus
membaca sebenarnya merupakan siklus mengalirnya ide pengarang kedalam diri
pembaca yang pada gilirannya akan mengalir keseluruh penjuru dunia melalui
tulisan (buku, artikel, makalah seminar, hasil penelitian) dan rekaman lain
(Lasa, 2009).
Maju dan
berkembangnya suatu Negara tergantung dari kualitas pendidikannya, apabila
pengetahuan seseorang luas maka orang tersebut mampu menciptakan inovasi dan
kreasi dalam menyelesaikan masalah. Dalam pendidikan kegiatan membaca merupakan
hal penting yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Namun, minat baca masyarakat
Indonesia masih rendah, yang berdampak pada rendahnya wawasan (Lestyarini,
2014). Untuk itu minat membaca seseorang harus ditingkatkan agar kualitas hidup
orang tersebut dapat meningkat, sehingga tercipta masyarakat yang rajin membaca
yang akan membawa kesejahteraan pada bangsa (Suswati, 2010). Lasa (2009)
berpendapat melalui membaca sejumlah literatur, diskusi, dan mengikuti
pertemuan ilmiah, sesorang mampu mengasah otak, memperoleh wawasan, dan
meningkatkan ilmu pengetahuan. Membaca sebenarnya merupakan bentuk kebudayaan
dalam rangka penyebaran gagasan dan upaya kreatif .
4.2.3
Suka Membantu
Manusia dan
persekitaran adalah dua elemen yang tidak boleh dipisahkan dalam memastikan
kesempurnaan dan kelangsungan kehidupan. Oleh karena itu, menolong dan
ditolongi merupakan fitrah semula jadi yang ada dalam diri setiap manusia
(Rosalia,2011). Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial, dalam kehdupannya
membutuhkan bantuan orang lain. Didorong oleh adanya kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi sendiri dan dibantu oleh akal pikiran yang dimilikinya, manusia
membentuk kelompok – kelompok sosial. Mereka merasakan banyak manfaat serta
keuntungan dari kerjasama dalam kelompok. Pengalaman hidup dalam kelompok itu
kemudian menumbuhkan berbagai kepentingan kelompok (Rochmadi, 2012).
Menolong orang
yang membutuhkan merupakan ajaran yang diajarkankan disetiap agama.
Tolong-menolong sendiri banyak bentuknya, seperti dalam bentuk bantuan dana
atau bahan pokok. Seperti contohnya
zakat dalam islam yang ditujukan untuk menolong orang yang kurang mampu. Dengan
menolong orang maka beban dari orang yang ditolong akan lebih ringan, dan
dengan menolong pula masalah kemiskinan di Indonesia dapat diatasi (Jamaluddin,
2014). Masyarakat umumnya dalam kegiatan membangun desa mereka melibatkan
kegiatan gotong royong. Namun sekarang gotong royong kurang eksis karena
tingginya tingkat egois masyarakat sekarang. Gotong royong atau tolong menolong
antara anggota masyarakat merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan bersama yang didasarkan pada solidaritas sosial. Hal ini tercermin
dalam kegiatan yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota masyarakat
seperti halnya dalam kegiatan kekeluargaan ataupun kegiatan pertanian (Yunus,
2013).
4.2.4
Bergaul Dengan Baik
Menjalin
hubungan antar individu memerlukan etika atau sopan santun agar tidak
menimbulkan miss komunikasi antar individu tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
Dardiri (2005) yang mengatakan bahwa dalam pergaulan antar manusia selalu
diperlukan etika atau sopan santun dalam bergaul. Karena manusia selalu ingin
dihargai dan menghargai orang lain. Dari rasa ingin menghargai orang lain
inilah, seseorang berupaya bersikap dan berperilaku sopan. Era modern yang
berjalan saat ini memudahkan kita dalam proses komunikasi dimanapun kita
berada. Cepatnya laju perkembangan teknologi informasi menjadikan pergaulan di
masa sekarang semakin luas. Kondisi ini tentunya menuntut pengetahuan yang
lebih banyak tentang etika bergaul dengan masyarakat. Karena perbedaan daerah
mempunyai nilai dan norma yang berbeda sehingga etika bergaulnya pun berbeda
(Aryanti, 2012).
Pergaulan remaja
masa sekarang sudah masuk dalam tahapan tidak wajar, karena mereka menganggap
bahwa hubungan seksual antara lelaki dan perempuan adalah hal yang normal
meskipun belum menikah. Kurangnya pengetahuan tentang hubungan seks yang
diterima remaja dari orang tua dan institusi, sehingga para remaja mengetahui
dari teman, media lalu para remaja menilai, memaknai dan menyimpulkan sendiri tentang
hubungan seks. Karena salah mengartikan sehingga pada akhirnya para remaja
mengambil keputusan untuk melakukan hubungan seks (Abdillah, 2014). Dengan
adanya pendidikan agama, mental atau jiwa diharapkan bahwa kita mendapatkan
ketenangan. Segala kejahatan akan terkontrol sehingga akan muncul perilaku yang
baik. Karena bagaimanapun agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam
pembinaan kepribadianya. Selain itu, pendidikan yang ditekankan pada tujuan
untuk mencerdaskan bangsa serta menjunjung tinggi derajat dan martabat manusia dan bangsa (Anirah, 2013).
4.3 Pemimpin yang Suka
Tolong enolong
4.3.1
Saling Menolong Dalam Kebaikan Dan Taqwa
Kebaikan
manusia terletak dari ketenangan dalam pemikiran yang akan menjadikan manusia
dapat mengendalikan hawa nafsu dan menghilangkan kesombongan, kerakusan, serta
kedengkian Segala bentuk tindakan manusia mengacu pada pandangannya tentang
baik dan buruk ( Enoh
2006). Nilai kebaikan dan keburukan senantiasa akan
menjadi sumber rujukan dalam melakukan berbagai tindakan hidupnya.. Menurut
Fahrudin dan Munawar (2012), diperlukan pendidikan tasawuf yaitu suatu ilmu
yang mempelajari hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya
dari sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji,
cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan
larangan-Nya menuju kepada perintah-Nya.
Kalimat
taqwa secara etimologi adalah menjauhkan diri dari kemudharatan atau menolaknya
di dalam taqwa terkandung pengertian pengendalian diri oleh manusia akan
dorongan emosinya dan penguasaan terhadap kecenderungan liawa nafsunya (Irsyadunnas 2005). Menurut suharyadi (2005), ketaqwaan dari
seseorang dapat membuka membuka dan memudahkan datangnyabermacam berkah dan
kesejahteraan, lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa kehancuran suatu negeri
akan datang apabila penduduknya berlaku zalim dan tidak peduli pada upaya-upaya
konstruktif.
4.3.2
Jangan Menolong Dalam Kejahatan
Menurut Fadri (2010), kejahatan adalah perilaku jahat yang perilaku
tersebut menurut norma yang berlaku di
masyarakat tidak baik, perbuatan tersebut dilarang untuk dilakukan namun pada
kenyataannya masih ada sebagian orang yang melakukan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah tindak kejahatan
seringkali dengan menghilangkan jumlah pelanggar, namun hal itu dinilai kkurang
efektif (Dermawan
2011). Pemerintah seyogyanya melakukan pendekatan serta penjelasan kepada
masyarakat bahwa tindak kejahatan hanya akan merugikan dirinya sendiri.
Manusia adalah tempatnya dosa, sehingga wajar apabila manusia membuat dosa.
Namun sebagai manusia tidak boleh larut dalam perbuatan dosa dan melupakan
tugasnya sebagai hamba Allah. Manusia harus bertaubat kepada Allah agar dosa
yang telah dilakukan dapat diampuni (Huda, 2009).
Dosa-dosa manusia masih bisa dampuni selama dia masih mau bertaubat dan manusia
masih diberi kesempatan bertaubat sampai akhir hayatnya, namun ada satu dosa
yang yidak bisa diampuni yaitu syirik atau mempersekutukan Allah (Dzahabi
2007). Selama kita mau untuk berusaha menentang godaan setan dan memperkuat
iman kita maka bukan tidak mungkin kita bisa terhindar dari perbuatan yang
tidak dikehendaki oleh sang pencipta.
4.2.1
Menolong Umat Agar Masyarakat Menjadi Beriman
Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang warganya telah menjalankan
ajaran agamanya dengan benar serta aturan yang terciptapun sesuai dengan aturan
agama. Masyarakat yang dibangun oleh Rosululloh adalah cerminan dari masyarakat
ideal (Khosasih, 2014). Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi mempunyai
dampak positif dan negatif dalam masyarakat. Mudahnya dalam mengakses informasi
malah membuat moral masyarakat menurun, hal itu membuat nilai halal dan haram
serta baik dan burk menjadi kabur (Anwar, 2012).
Menurut Ishak (2006), orang islam yang berakal haruslah beriman, karena
iman merupakan senjata orang islam dalam memerangi musuh Allah, yaitu setan. Dengan iman, ilmu, dan ikhsan
(perbuatan baik) maka akan tumbuh ketaqwaan serta kesadaran bahwa manusia
adalah makhluk yang sangat membutuhkan Tuhan, yamg akan membuat perilaku
manusia menjadi baik. Menurut Purwanto (2011), Dienul islam diibaratkan
sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan
dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu
diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang
ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu yang identik dengan
teknologi dan seni.
4.3.3
Menolong Agar Beramal Sholeh
Amal
shaleh terdiri dua kata yaitu amal dan shaleh. Rangkaian kata ini sering kita
temuidalam berbagai literatur yang berkaitan dengan agama. Pengertian amal itu
sendiri adalah penggunaan segala daya untuk menghasilkan sesuatu.Sedangkan
kata shaleh bermakna segala sesuatu yang bersifat baik, menguntungkan
dan berguna (Hasyim,
2015). Amalan yang
wajib dikerjakan oleh umat islam biasa disebut rukun islam yaitu, syahadat,
sholat, zakat, puasa,dan haji (bila mampu) (Jamaluddin, 2011).
Amalan lain yang dapat dikerjakan dan memperoleh
banyak pahala karena mengerjakannya adalah menyantuni anak yatim. Nabi muhammad
selalu menyantuni anak yatim dan senantiasa menyayangi mereka (Ishak, 2011).
Menyedekahi kaum miskin juga amalan yang baik utuk dilakuka, karena itu
merupakan salah satu bentuk kebaikan terhadap sesama. Dengan menyedekahi kaum
miskin, maka masala-masalah yang ditimbulkan akibat kemiskinan seperti
kebodohan dan penyakit dapat diatasi (Lyndon, 2011).
V.
MORAL SEORANG PEMIMPIN YANG ISLAMI
5.1 Nilai
Ketuhanan (Tauhid)
Menurut Hamim
(2014), organisasi yang baik adalah organisasi yang didalamnya pemimpin dan
orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah. Didalam agama islam sendiri
Rasul telah mencontohkan sebuah organisasi yang berhasil dan dekat dengan sang
pencipt yaitu Allah. Pasal 28I UUD 1945 menegaskan kebebasan beragama tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Ketentuan-ketentuan ini menunjukkan
konstitusi telah menjamin kebebasan beragama sebagai prinsip yang sah. Hal ini
mengimplikasikan suatu afirmasi nyata bahwa negara dalam kondisi apa pun, tidak
boleh mengurangi hak kebebasan beragama sebagai hak intrinsik setiap warga
negara (Mahfud,2009)
|
5.2 Nilai
Kekeluargaan (Pernikahan)
Menurut
Ash-Shahibi (2009) Nikah bagi Islam adalah akad yang harus dilangsungkan dan
perjanjian yang suci, keharusan masyarakat, penenang jiwa dan jalan untuk
mendapatkan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan, yang bisa
menghilangkan kerisauan hati dan
pikiran, dimana jiwa
tidak akan merasa
tenang tanpanya. Disamping itu,
nikah juga adalah
ibadah yang akan
menyempurnakan sebagian agamanya dimana dia akan menemui Tuhannya dengan
sebaik-baik keadaan dirinya, maka bertaqwalah kepada Allah swt . Sedangkan
Menurut istilah syari‟at,
nikah berarti akad
antara pihak lakilaki dan wali perempuan yang karenanya
hubungan badan menjadi halal. Jadi,
hubungan badan itu
tidak boleh dilakukan
hanya dengan izin semata (Ayyub,2012).
Hakikat dari pernikahan merupakan
suatu perjanjian saling mengikat
antara laki-laki dan perempuan
dengan suka rela
untuk mewujudkan kebahagiaan dalam
rumah tangga (Ramulyo,2006). Ikatan yang dijalin tidak mengalahkan
ikatan manusia dengan penciptanya yaitu Allah SWT. Justru dengan adanya
pernikahan diharapkan bertambahnya iman dan ketakwaan seseorang kepada-Nya.
Dalam Undang-Undang Perkawinan mendefinisikan pada Pasal 1 Ayat
(1) bahwa, “Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Seftriyana, 2015). Dari pasal tersebut
dapat kita lihat bahwa ikatan pernikahan juga didasarkan pada ketuhanan Yang
Maha Esa, maka bukan brarti ikatan yang dijalin bersama pasangan mengalahkan
ikatan dengan Allah SWT. Dengan ikatan pernikahan justru diharapkan
bertambahnya iman dan taqwa seseorang kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Adapun
rukun-rukun nikah yang harus ada itu lima yaitu: sighot (ijab Kabul), calon
istri, calon suami, wali dan dua orang saksi sebagaimana pasal 14 Kompilasi
Hukum Islam telah terpenuhi dalam perkawinan (Wahyuning, 2013).
5.3 Nilai
Kemanusiaan (Hayati)
Kedudukan manusia adalah sama, persamaan sebagai makhluk Allah dengan segala hak dan
kewajibannya (Sudrajat, 2010). Sehubungan dengan pernyataan tersebut
manusia mempunyai posisi yang sama dengan manusia lainnya dipandangan Allah.
Pembeda diantara manusia satu dengan yg lainnya adalah kualitas keimanan dan
ketaqwaannya. Dalam kancah pergaulan global, kekhawatiran yang muncul adalah
hancurnya nilai kemanusiaan serta hilangnya jatidiri bangsa, yang akan
menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah seperti tidak menemui titik temu yang ideal, maka peran dari seluruh
elemen masyarakat sangat diperlukan agar terwujud keberhasilan bersama
(Sulistyarini, 2011).
Sinergi
diantara keduanya akan menciptakan bangsa yang mandiri serta tidak bergantung
dengan negara lain, penanaman nilai pancasila tidak hanya dalam kehidupan
negara tetapi juga dalam kehidupan sehari- hari (Izati, 2012). Pendidikan
pancasila perlu diterapkan agar nasionalisme serta jatidiri bangsa tidak
hilang. Dengan diterapkannya pendidikan pancasila maka bangsa Indonesia akan
menemui titik terng yang akan mengantarkan bangsa Indonesia pada kesejahteraan
hidup. Karena nilai-nilai pancasila sangat relevan apabila ditanamkan dalam
kehidupan berbangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila
merupakan buah pemikiran dari pendiri bangsa, maka sudah sesuia dengan karakter
dan budaya bngsa (Hamlan, 2012).
5.4 Keadilan
Keadilan menjadi syarat mutlak dalam
hubungan antar manusia, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Keadilan dapat dilihat dari berbagai sudut. Pada tingkatan moral,
keadilan menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh segenap lapisan
masyarakat. Pada tingkat operasional di dalam masyarakat masalahnya menjadi
sangat kompleks dan sulit serta sering tidak mudah diterima oleh berbagai
kalangan masyarakat (Faturochman, 2009). Apabila keadilan sudah ditanamkan maka
akan terwjud kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat.karena keadilan akan
menyingkirkan kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat (Ancok, 2011).
Keadilan hukum
di Idonesia seringkali dimanipulasi sehingga hakim sulit untuk membedakan mana
yang benar dan yang salah, bahkan dalam beberapa kasus hakim dapat di ajak
berkompromi agar mau mengubah hasil putusan (Dwisvimiar, 2011). Perlu adanya
tindakan yang tegas agar terlahirnya keadilan hukum di negara kita ini. Untuk
masyarakat muslim keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilakukan dengan
cara berzakat, dengan berzakat maka akan tercipta keadilan sosial karena beban
orang yang dizakati akan berkurang. Keadilan akan menciptakan hubugan harmonis
dalam bermasyarakat sehingga akan teripta masyarakat yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhannya (Sutikno, 2015).
5.5 Amanah
Amanah terhadap
manusia mengandung arti bahwa manusia harus menjaga dan menunaikan amanat yang
dipikulkan orang lain kepadanya, baik amanat tersebut bersifat material seperti
harta benda atau non material seperti menyimpan rahasia. Amanah terhadap diri
sendiri mengandung artian bahwa manusia harus memilih hal-hal yang bermanfaat
terhadap anggota badannya dengan menjaga kesehatan dan kebersihannya agar
maksimal dalam menjalankan perintah Tuhan (Rohman, 2011). Ajaran Islam
memandang kepemimpinan sebagai tugas (amanah), ujian, tanggung jawab dari
Tuhan, yang pelaksanaannya tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada para
anggota yang dipimpin, tetapi juga kepada Allah SWT.
Perbuatan
manusia pada ahirnya nanti akan dimintai pertanggungjawabannya, begitu pula
seorang pemimpin. Pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya
bersifat horisontal-formal kepada sesama manusia, tetapi juga bersifat
vertikal-moral, yaitu kepada Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat
(Budiharto, 2014). Ada beberapa Variabel dalam amanah, yaitu ketetapan waktu
dalam mengemban tugas, serta loyalitas terhadap pekerjaanya. Seorang dapat
disebut amanah apabila dia lebih mengutamakan pekerjaan dan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadinya (Ceha dkk, 2012). Bekerja dalam konteks islam
sama halnya mencari rezeki di jalan Allah. Etos kerja islami mengutamakan
kepatuhan dalam mengemban amanah dan antusias dalam bekerja (Jaya, 2011).
VI.
SIKAP PROFESIONAL SEORANG PEMIMPIN
6.1 Bekerja
Sesuai Profesinya
Yuwono
(2011), Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian
khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab, dengan tujuan memperoleh
penghasilan. Menurut Kurniawan (2005), profesional merupakan suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan
masing-masing. Dari pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa profesional
adalah seseorang yang melakukan pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan dan
keterampilan khusus dibidang pekerjaannya. Yusoff (2013) mengatakan, Seorang
pekerja muslim harus mengguna-kan kemampuan akal fikirannya (kecerdasan-nya),
profesionalitas didalam mengelola sumber daya. Oleh karena faktor produksi yang
digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi sifatnya tidak terbatas,
manusia perlu berusaha mengoptimalkan kemampuan yang telah Allah berikan. Tampubolon
(2007) berpendapat bahwa golongan profesional mempunyai kepakaran pada
peringkat ijazah tinggi dan mendapat
latihan-latihan yang berkaitan tingkah laku manusia, strategi -strategi
dalam menolong dan pengalaman-pengalaman klinikal dalam membantu individu,
kumpulan atau keluarga.
6.2 Bekerja
dengan Ilmu
|
Annisa (2012) menyatakan bahwa tujuan membaca secara umum ada
tiga, yaitu untuk mendapatkan informasi, untuk pemahaman, dan untuk hiburan.
Purwanto (2009) menyatakan bahwa, pada prinsipnya pendidikan merupakan kawah
penggemblengan manusia-manusia unggul, tempat penggodokan manusia-manusia
bermental dan berwatak tangguh, cerdas, berbudi luhur dan terampil. Karena
fungsi pendidikan sendiri sebenarnya adalah upaya mendayagunakan dan mengolah
potensi intelektualitas (head),
spiritualitas (heart) dan profesionalitas (hand).
6.3 Bagus
dalam Bekerjasama
Manusia adalah makhluk sosial yang saling perlu dan memerlukan
antara satu sama lain. Sejak dilahirkan sehingga akhir hayat, memberi dan
menerima pertolongan merupakan dua amalan yang biasa bagi seorang manusia yang
normal. Semasa masih bayi lagi, seseorang memerlukan pertolongan daripada orang
sekeliling untuk menerus dan memenuhi kehendak-kehendak asas seperti makan,
minum dan seumpamanya (Rosila, 2009). Dari penjelasan tersebut, manusia tidak mungkin
hidupsendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Maka dibutuhkan kerja sama atar
individu untuk saling menolong dalam melengkapi kebutuhan masing-masing. Menurut Muin (2006) kerjasama adalah suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Edisi Tiga:2007)
“Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
(lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk
mencapai tujuan bersama”.Dalam pandangan Islam silaturahmi adalah
menyebarkan rahmat kepada seluruh alam semesta, Interaksi manusia dengan
sesamanya harus didasari keyakinan bahwa, semua manusia adalah bersaudara, dan
bahwa anggota masyarakat muslim juga saling bersaudara. Ukhuwah mengandung arti
persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Karenanya persamaan dalam keturunan
mengakibatkan persaudaraan, dan persamaan dalam sifat-sifat juga membuahkan
persaudaraan (Maksum, 2013). Hal yang telah dikemukakan tersebut menggambarkan
kerja sama yang dilakukan antara pemimpin dan rakyatnya sangatlah halus dan
tepat sasaran.
6.4 Menghargai
Waktu
Kristanto (2009)
mengatakan bahwa disiplin dalam menggunakan waktu maksudnya, bisa menggunakan
dan membagi waktu dengan baik karena waktu sangat berharga dan salah satu kunci
kesuksesan adalah dapat menggunakan waktu dengan baik. Hal tersebut dapat
diartikan juga dengan menghargai waktu yang ada. Reza (2010), dalam
penelitiannya mendapatkan hasil analisis yang menunjukkan gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Motivasi berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam prioritas
pelayanan kesehatan. Hal ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang
kurang tepat tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga kesehatan
belum semaksimal mungkin membantu dalam proses penyembuhan klien bahkan
sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita sebagai profesi kesehatan dimata masyarakat
(Kasim, Robot, dan Hamel,
2013). Contoh nyata yang ada adalah disiplin waktu yang ditunjukkan oleh Warga Negara
Indonesia dalam membayar pajak. Karena selama periode waktu 2005-2010
prosentase penerimaan pajak berada pada kisaran angka sekitar 70%. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar penerimaan negara dapat ditopang dari
penerimaan dalam negeri yang bersumber dari pajak (Mukhlis, dan
Simanjutak , 2012).
6.5 Bekerja
dengan Sungguh-Sungguh
Bekerja keras adalah upaya sungguh-sungguh dengan mencurahkan
segala kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Sedangkan disiplin
merupakan upaya menempatkan seluruh potensi dan peluang yang ada dengan tepat.
Namun, tidak jarang ditemukan antara bekerja keras dengan disiplin itu tidak
beriringan. Ketimpangan antara kerja keras dengan disiplin itu mengakibatkan
ketidakseimbangan antara proses yang dilakukan dengan hasil yang didapatkan (
Al-Asyhar, 2005). Seorang
pekerja muslim harus menggunakan kemampuan akal fikirannya (kecerdasannya),
profesionalitas didalam mengelola sumber daya. Oleh karena faktor produksi yang
digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi sifatnya tidak terbatas,
manusia perlu berusaha mengoptimalkan kemampuan yang telah Allah berikan
(Hakim, 2011).
Rivai, (2009)
berpendapat bahwa pemimpin yang baik akan mensgkomunikasikan energinya,
antusiasmenya, ambisinya, kesabarannya, kesukaannya, dan arahannya. Terdapat
beberapa ciri yang dimiliki pemimpin yang baik, yaitu meliputi kejujuran dan
integritas, menggerakkan, memiliki gairah memimpin, percaya diri, intelegensi,
dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Jubaedah, (2009) berpendapat bahwa peserta didik harus bersungguh-sungguh di
dalam melaksanakan praktik kerja industri, karena program pembelajaran berbasis
industri dapat memberikan pengalaman belajar di dalam mengembangkan kompetensi
kerja sesuai tuntutan dunia usaha dan industri. Kesungguhan tersebut dapat
ditunjukkan melalui sikap dalam bekerja, disiplin dan adaptasi dalam lingkungan
dunia kerja tempat praktik kerja industri.
6.6 Bekerja
Sebagai Amanah
Amanah
secara definisi adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita, atau
aset penting yang dipasrahkan kepada kita. Konskuensinya, sebagai penerima
amanah, kita terikat secara moral untuk melaksanakan amanah itu dengan baik dan
benar (Supriadi, 2008). Kasus tidak setianya pemimpin atas janji-janji
yangmereka ucapkan baik ketika kampanye, berjanji dan saat sumpah jabatan.
Perilaku pemimpin yang menunjukkan ketidak konsistenan antara ucapan dan
tindakan memicu tuduhan berbuat kebohongan oleh sebagian pihak seperti para
tokoh terhadap presiden (Purwanto, 2009). Dalam sebuah hadits
disebutkan: Ibnuu Umar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SA W. bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang istri adalah pemimpin di
rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.
Seorang
pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai
pertanggungjawabanatas yang dipimpinnya. Dan setiap kamu adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”(Muttafaq ‘alaih)
(Dhofir, 2005). Wong dan Davey (2007) menyatakan bahwa salah satu profil
servant leader adalah melihat dirinya sendiri sebagai servant. Salah satu sifat servant
adalah cultivating stewardship, artinya
servant leadermempercayai bahwa dirinya bertanggungjawab kepada Tuhan
dan orang lain atas apa yang dia lakukan. Gagasan keyakinan tersebut sama
dengan dalam Islam. Islam mempercayai bahwa menjadi pemimpin diartikan sebagai
mendapatkan amanah.
6.7 Bekerja
Sebagai Ibadah
Sebagai
seorang muslim bekerja sama artinya dengan mengaktualisasikan keberadaan
hidayah Allah yang telah diberikan kepada manusia. Aktivitas bekerja yang
dijalankan seorang pekerja muslim terikat dengan motivasi atau keyakinan
positif, hal tersebut semata mata untuk mendapatkan ridho Allah Swt, sehingga
dengan motivasi ridho Allah Swt semata tersebut maka prinsip kejujuran, amanah,
kebersamaan dijunjung tinggi. Prinsip-prinsip tersebut menolak prinsip individualis
(mementingkan diri sendiri), curang, khianat yang sering dipakai oleh pengusaha
yang tidak memiliki motivasi atau keyakinan positif (Saeed, 2011).
Husein (2004)
dalam jurnalnya mengatakan bahwa, Pandangan Islam memberikan suatu kewajiban
moral bagi setiap warga masyarakat muslim untuk berusaha semaksimal mungkin
melaksanakan semua syari’ah (aturan) Islam di segala aspek kehidupan, termasuk
dalam pencaharian kehidupan (ekonomi) dan lebih khusus pada urusan etika kerja.
Berproduksi bukan semata-mata karena profit ekonomis yang diperolehnya, tetapi
juga seberapa penting manfaat ke-untungan tersebut atau kemaslahatan
masya-rakat. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Ma’arij ayat 24-25 : “Dan
orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu”. (24) “Bagi orang
miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau
meminta)”. Sehingga pemilik dan manajer perusahaan Islami juga menjadikan obyek
utama proses produksi sebagai “memperbesar sedekah” (Al Mushlih, 2006). Sekarang ini, sejalan dengan
perkembangan sistem persekolahan, maka profesi guru juga telah dan terus
mengalami perubahan mengikuti tuntutan perubahan tersebut (Sanaky, 2005).
6.8 Bekerja
dengan Mutu / Kualitas
Mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai
dengan standar yang berlaku serta tercapainyatujuan yang diharapkan. Berdasarkan
uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari
produk sesuai dengan kebutuhan pelangg an, standar yang berlaku dan tercapainya
tujuan (Rachmawati, 2009). Sedangkan menurut Mulianto ( 2006), Mutu adalah karakteristik
barang atau jasa untuk kepuasan pelanggan. Di sini istilah “mutu” diterapkan
secara luas, yaitu mutu pekerjaan, mutu pelayanan, mutu informasi, mutu
proses,mutu divisi, mutu orang (kayawan), mutu system, mutu perusahaan, serta
mutu tujuan.
Srihani (2006) menerangkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan mutu pendidikan
tidak pernah berhenti dilakukan, dan berbagai terobosan baru terus
diperkenalkan dan dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas antara lain dalam
bidang pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga kependidikan,
pengembangan materi ajar dan sebagainya. Depdiknas (2008) menyatakan ada sembilan dimensi mutu
program studi sarjana yaitu : (1) kelayakan (appropriateness); (2)
kecukupan (adequacy); (3) relevansi (relevancy); (4) suasana
akademik (academic atmosphere); (5) efisiensi (efficiency);
(6) keberlanjutan (sustainability); (7) selektivitas (selectivity);
(8) produktivitas (productivity), dan (9) efektivitas (effectiveness).
KESIMPULAN
1.
Hijrahnya Rasul menjadi sejarah besar dalam kehidupan manusia yang
menggambarkan kepemimpinannya dalam merubah peradaban menjadi masyarakat
madani.
2.
Para sahabat Rasul ikut ambil peran dalam terwujudnya masyarakat madani.
3.
Karakter pemimpin yang baik adalah karakter pemimpin Islam yaitu jujur,
komunikatif, kompeten, musyawarah, inspiratif, rendah hati, dan sabar.
4.
Pemimpin yang dekat dengan Tuhan pasti memiliki tujuan hidup yang jelas dan
memiliki kemampuan memadahi sebagai khalifah di muka bumi.
5.
Cara untuk menjadi efisien dapat dilakukan dengan dakwah, membaca, suka
membantu dan suka bergaul.
6.
Tolong-menolong sesama manusia merupakan anjuran setiap agama.
7.
Manusia yang terikat dengan Tuhan akan memiliki rasa kebebasan dari ikatan
manusia lain.
8.
Pemimpin yang adil akan menempatkan sesuatu pada tempatnya, sehingga tidak
berdusta atau mengemban jabatan sebagai amanah dengan kejujurannya.
9.
Pemimpin harus memiliki keahlian sebagai pemimpin yaitu mengatur orang lain,
dan seseorang yang bekerja untuk suatu kepemimpinan juga harus memiliki
keahlian pada bidangnya.
10.
Profesionalisme pemimpin sangat
menentukan masa depan dari organisasi yang ia pimpin.
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah,F.A.,2014.”
Makna Hubungan Seks Bagi Remaja Yang Belum Menikah Di Kota Surabaya”.Jurnal Sosial dan Politik.DepartemenSosiologi,
FISIP, Universitas Airlangga.
Abdullah, srimulati. 2007. "Penerimaan
diri dari kebermaknaan cacat fisik". Jurnal psikologi, vol. 4, no. 1.
Al Mushlih, Abdullah . 2006. Fikih Ekonomi
Keuangan Islam. Darul Haq: Jakarta
Al Mushlih, Abdullah. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan
Islam. Darul Haq: Jakarta
Al-Asyhar, Thobieb. 2005. Sufi Funky. Gema Insani Press. Jakarta.
Ali muddin. 2007. "Konsep Dakwah dalam
Islam". Jurnal hunafa. Jurusan Dakwah STAIN Patokarama: Palu, Vol. 4, no.
1.
Al-mandudi. 2005. "Meningkatkan kualitas
dalam kepemimpinan islam". Jurnal usuludin, Vol. 37, no. 1: 1-32.
Ancok, D. 2011. ”Dinamika Psikologis Penilaian
Keadilan”. Jurnal Psikologi. Vol.1, No.
1: 13-27.
Anggriyani. 2012. "Fakta Penentu
pendidikan berkarakter mahasiswa unimid". Jurnal mediasi, vol. 4, no. 1.
Anirah, Andi.2013.”Pendidikan Islam Dan Etika Pergaulan Usia Remaja” .Jurnal Istiqra.Vol. 1, No. 2.
Annisa,
Witri. 2012. “Model Pembelajaran Membaca Permulaan
Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Keaksaraan di Kabupaten Subang”. Pakar Pendidikan. Vol. 10 No. 2 Juli 2012
(179-193). Bandung.
Ariffudin.
2009.”Aqidah Islam Menurut Hassan Al Banna”.Skripsi.Fakultas Ushuludin.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta
Arifin,
Jainun. 2014. “Konsep Kehendak Manusia Dalam Pemikiran Studi Komparatif”. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga :
Yogyakarta.
|
Ash-Shahibi,
Abu Abdurrahman. 2009. Petunjuk Praktis Dan Fatwa Pernikahan. Najla Press:
Jakarta, hlm 26.
Ayuningtyas, Respati, Nasir Widha Setyanto, Remba Yanuar Efranto.2014.”Analisis Peningkatan Produktivitas Dan Efisiensi Kerja Dengan Penerapan Kaizen”.Jurnal
Manajemen. Jurusan Teknik
Industri, Universitas Brawijaya.
Ayyub,
Syaikh Hasan. 2001. Fikih Keluarga, Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, hlm 3.
Bachtiar,
M.Anis.,2013.”Model Alternatif Komunikasi
Islam Kontemporer”. Jurnal Komunikasi
Islam.Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel.
Bay, kayzal. 2011. Pengertian Ulil Amri dalam
Al-Qur'an dan Implementasi dalam masyarakat muslim". Jurnal usuludin,
Fakultas Usluhudin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, vol.
17, no. 1.
Budiharto, N.S. 2014.”Konstruk Teoritis dan Pengukuran Kepemimpinan Profetik”.
Jurnal
Psikologi.Vol.33, No.2: 133-146.
Casmini. 2007. Emotional Parenting. Pilar
Media. Yogyakarta.
Ceha, Rahmat. 2012. ”Pemetaan Kinerja Relatif
Kepemimpinan”. Jurnal Mimbar.
Dardiri,
Achmad .2005.”Etika Pergaulan Remaja”.Jurnal Dakwah Dan Komunikasi. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3.Jakarta:
Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
“Akreditasi Program Studi Sarjana”. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Dhofir,
Muhil dan Dhofir, Farid. 2005. Syarah & Terjemah Riyadhus Shalihin.
Jakarta: AlI’tishom.Reza RA, 2010.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan PT sinar santosa perkasa banjar negara. Eprints.undi.ac.id.skripsi.pdf.
Diana, ida. 2013. "Peranan Polres Bantul
Mewujudkan Warga Negara yang Baik Melalui Rembug Kampung di Kecamatan
Kakan". Prodi PPKN FKIP Univ. Ahmad Dahlan: Yogyakarta.
Dwisvimiar, I. 2015. ”Keadilan Dalam Filsafat Ilmu
Hukum”. Jurnal Dinamika Hukum. Vol.11,
No.3: 1-10.
Fakhruroji.,2010.” Peluang Dan Ancaman Media Global
AtasDakwah Islam”. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi.Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto.
Fandika, Melania. 2013. "Pengaruh
Keterlibatan Siswa dalam Organisasi Ekstra Kulikuler Terhadap Budi Pekerti
Siswa SMA Unggri 15 Banda Lampung". Jurnal Penelitian Pendidikan, vol. 3,
no. 2.
Faturochman. 2009. ”Tinjauan Psikologi Keadilan
Sosial”. Jurnal Psikologi. Vol.1,
No.1: 13-27.
Ghozali, Iman. 2015. "Pengaruh
Religiolitas Terhadap Komitmen Organisasi, Keterlibatan Kerja dan Produktivitas".
Jurnal Bisnis Strategi, Fakultas Ekonomi.
Hakim,
Lukman. 2011.”Membangun Budaya Organisasi Unggul Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Karyawan di Era Kompetitif”. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Solo, vol. 15, no.2
Hamim,
Muhamad. 2014. “Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam”. Ulul Albab, Fakultas Humaniora UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, Volume 15, No.1.
Handayani, Idha.,2011.”Pengaruh Intelligent Quotient (IQ) Dan
Kemampuan Tilikan Ruang Terhadap Kemampuan Menggambar Teknik Siswa”.Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Hasan,
Hasrizal. 2012. “Seni Memilih Pemimpin Islam”. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau, Vol. 18 No. 1.
Hasan,
Hasrizal. 2012. “Seni Memilih Pemimpin Islam”. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau, Vol. 18 No. 1.
Husein,
Abdullah Abdul. 2004. Ekonomi Islam, prisip Dasar, dan Tujuan. Magistra Insania
Press: Jakarta.
Ibrahim,
F.W. 2012. “Pembentukan Masyarakat
Madani Di Indonesia Melalui Civic
Education”. Jurnal Ilmiah Didaktika. XIII : (1).
Iskandar.,2009.”
Meneguhkan Dakwah Melalui New Media”.Jurnal Komunikasi Islam.Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Jamaluddin, Zakiyah.,”Kemiskinan dan Keciciran
dalam Pendidikan”.Jurnal Kebajikan Masyarakat.Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Jubaedah, Y. 2009. “Model Penilaian Keahlian Tata
Busana Berbasis Standar Kompetensi Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan”. Artikel
Ilmiah. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Kaelany.
2005. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Bumi Aksara. Jakarta.
Kasim, S., Robot, F., & Hamel, R. 2013. “Hubungan
Disiplin Waktu dengan Kinerja Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tataba Kec. Buko
Kabupaten Banggai Kepulauan”. Jurnal Keperawatan. 1 : (1).
Kristanto
D, 2009. hubungan pemberian reward ucapan terima kasih denga kedisiplinan waktu
saat mengikuti timbang terima perawat di ruang bedah di RSUP Dr. Kariadi
Semarang.Http://undip.ac.id/G2B308009_file.pdf. Diakses pada tanggal 21 juli
2013.
Kumalasari,
N. 2004. Evaluasi Dan Usulan Perbaikan Proses Supply Chain Management Dengan
Pendekatan Lean Six Sigma, Teknik Industri ITS, Surabaya.
Kurniawan,
Agung, 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan.
Lasa.,2009.”Peran Perpustakaan Dan Penulis Dalam Peningkatan Minat Baca Masyarakat”.Jurnal Bahasa.Vol.11,No.2.
Lestyarini, Beniati.,2014.” Pentingnya Metakognisi dalam Membaca Komprehensi Teks berbagai Bidang Studi”. Jurnal Bahasa. Fakultas Bahasa dan Sastra, UNY.
Lizawati,
Ita.2014.” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Efektivitas Organisasi Melalui Pengambilan Keputusan”.Jurnal Ilmu Manajemen. Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.Vol.2, No.2.
Lorg,
J. 2007. “The Character of Leadership: Nine Qualities that Define Great
Leader”, Nasvile Tennesse: B& H Publishing Group.
Mahfud,
M. 2009. “KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF KONSTITUSI”. Meneguhkan Kebebasan Beragama di Indonesia, Menuntut Komitmen Presiden
dan Wakil Presiden Terpilih, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia:
Jakarta.
Maksum, Imam. 2013. “Silaturahmi Multikultural dalam Al-Qur’an”. AL-IFKAR, Volume 1, Nomor 01, Maret 2013:
2337 8573. Trenggalek.
Marrus.
2007. Strategi Bekerja. Erlangga.
Surabaya.
Mat, Hanidah. 2012. "Kesan Kawatan
Melalui Suntikan Keatas Puasa Pesalut". Jur al Riqhi Fakultas Falsafah,
vol. 1, no.29:65.
Mugsith. 2013. "Studi Analisis Semiotika
Komunikasi Konsep Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardli". Skripsi, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Negri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Muin, Idianto. 2006.
Sosiologi SMA/MA. Jakarta:
Erlangga
Mukhlis, I., & Simanjutak, T. H. 2012. “Pentingnya
Kepatuhan Pajak dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat”. MAKSI.
(1).
Muzakkir. 2013. “Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Prososial Mahasiswa Angkatan
2009/2010 Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin Makassar”. Jurnal Diskursus Islam. 1 : (3).
Nur, Zunaidi. 2014. "Konsep Al-Jannah
dalam Al-Qur'an". Skripsi, Fakultas Usluhudin UIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta.
Nurita, Meta.,2014.” Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) Dengan Kinerja Perawat Pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan”. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma.
Nurmiyanto. 2006. "Perancangan Penilaian
Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spener". Jurnal Teknik Industri,
vol. 1, no. 1.
Purwanto,
Yadi. 2009. “Kepemimpinan Moralitas dan Moralitas Pemimpin Kilas Balik Tinjauan
Pendidikkan Politik Pada Sistem Organisasi Intra Kampus”. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Solo.
Rahayu, D.S.,2009.”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca”.Skripsi Fakultas Adab, UIN Sunan
Kalijaga.
Rakhmawati, W. 2009. “Pengawasan dan
Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi, Manajemen Mutu &
Resiko)”. Artikel Ilmiah. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen
Keperawatan RSUD ’45 Kuningan, 11-16 Mei.
Ramadhani. 2012. "Pembuatan Aplikasi Sholat
Berbasis Android". Jurnal Teknogi Informasi, Universitas Gunadarma Depop,
vol. 4, no.1.
Ramulyo,
Idris. 2004. Hukum Perkawinan, Kewarisan, Hukum Acara Pidana, Peradilan, Zakat
Menurut Hukum Islam. Jakarta:Sinar Grafika.
Rivai Veithazal,
Bachtiar, & Rafli Amar Boy, 2013.
Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rivai,
Veithzal dan Arifin, Arviyan. 2009. Islamic Leadership Membangun
Superleadership Melalui Kecerdasan Spiritual.Jakarta: Bumi Aksara.
Riyadiningsih. 2006. "Peran Kondisi
Psikolog dan Karakteristik Pribadi dalam Pengembangan Kepemimpinan
Efektif". Jurnal Studi Manajemen, vol. 9 : (1).
Rizal, Moh Tivian. 2014. "Hubungan Gaya
Kepemimpinan dengan Kualitas Pelajaran Pada Badan Penanaman Modal".
Skripsi, FISIP Lamongan.
Rochmadi.,2012.”Menjadikan Nilai Budaya Gotong-Royongn Sebagai Common Identity dalam Kehidupan Bertetangga Negara-Negara
ASEAN””.Jurnal Manajemen
& Kewirausahaan.Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen,
Universitas Kristen Petra.
Rohman, F.2011.”Konsep dan Penanaman Metode Nilai Amanah dalam Al-Quran”.Tesis.Magister Pendidikan Islam, UIN
Sunan Kalijaga.
Rosalia,Nik.,2011.”Nilai
dan Etika Menolong”Jurnal Budaya. Magister S2
Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana UPI
Saeed, Abdullah. 2011. Bank Islam dan
Bunga,Studi Kritis dan Intepretas Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Salih.2014.”Tauhid Sebagau Intisari Pelajaran Islam”. Jurnal Pendidikan Agama Islam.Vol.1,
No.1: 36-51.
Sanaky, H. A. 2005. “Sertifikasi dan profesionalisme
guru Di era reformasi pendidikan”. Jurnal Pendidikan Islam. 1 : (3).
Seftriana,
Elisa, dkk. 2015. “IMPLEMENTASI UU PERKAWINAN TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DI
DESA PRINGOMBO TAHUN 2015”.
Srihani, S. 2006. “Analisis Dampak Akreditasi Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali)”. Doctoral Dissertation. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Stapa, Zakaria. 2009. "Manusia Pembina
Tamadun Perspektif Pemikiran Islam". Jurnal Hadhari, vol.1, no. 1:9.
Sudrajat,
Ajat. 2010.“Pendidikan Moral Dalam Perspektif Islam”, Skripsi, Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY: Yogyakarta.
Sulistyo, Agung Budi. 2010. "Memahami
Konsep Kemanunggalan dalam Akuntansi atas Upaya Mendekantruksi Akuntansi".
Jurnal Akuntansi, Universitas Jember, vol. 12, no. 4.
Supriadi,
A. (2008). Pemimpin amanah pasti
bertanggungjawab. Diunduh 30 Mei 2015 dari http://www.kabar indonesia.com
Suryadi, S. 2007. “Peran
Kecerdasan Spiritual dalam Menjelaskan Kecerdasan Emosional pada Odha (orang
dengan hiv/aids) di Kota Malang”. Jurnal Psikologi. 11 : (1).
Sutanto, B. C. 2014. “Perancangan Kampanye Sosial
Pentingnya Waktu Bersosialisasi dan Bermain Anak Usia 6–10 Tahun”. Jurnal
DKV Adiwarna. 1 : (4).
Sutikno.2005.”Memaknai Perilaku Muslim dalam
Bersedekah”. Jurnal Pendidikan Agama
Islam.Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo.
Tampubolon,
Biatna Dulber T.2007. “Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor Etos Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Organisasi Yang Telah Menerapkan SNI 19-9001-2001”.Jurnal
Standardisasi.VOL.9.NO.3. Hal. 100-115
Tempo(01/02/2011) Kolom Opini: Pendidikan Karakter
dan Kepemimpinan Kita
Umar. 2008. "Kisah Teladan Al-Qur'an dan
Hadist Pilihan". Mizan Pustaka: Jakarta.
Vol.28, No.2:
229-240.
Wahyuning,
Nova Sri. 2013. “Istibat Nikah Poligami dalam Perspektif Perlindungan Hak
Perempuan dan Hak Anak”. Undergraduate
thesis, UIN Sunan Ampel: Surabaya.
Wong, P.T., & Davey, D. (2007). Best practice in
servant leadership. Diunduh 25 Maret 2008 dari
http://www.regent.edu/acad/global/publications/sl_procee-dings/2007/wong-davey.pdf
Wulan, R. 2010. ”Peranan Inteligensi, Penguasaan
Kosakata, Sikap, dan Minat Terhadap Kemampuan Membaca pada Anak”. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2
: (4).
Yudi,
L. 2010. “Karakter Bangsa di Tengah Globalisasi”. Makalah Diskusi Kebangsaan, Universitas Padjdjaran: Bandung.
Yusoff,
Z. M., dan Abdullah, A. H. 2013. “Pemimpin menurut Pandangan Hamka: Satu
Tinjauan dalam Tafsir Al-Azhar”. Jurnal
Altamaddun Bil. 8 : (1).