STARTER MIKROBA
Pengertian starter mikroba
Starter
adalah populasi mikroba dalam jumlam memadai dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan pada media fermentasi (Hamadi, 2014). Kultur starter umumnya
dalam bentuk kering untuk mempermudah penanganan dan penggunaannya. Dibandingkan dengan starter
cair, penggunaan kultur starter kering lebih menguntungkan karena dapat
disimpan lebih lama dan tidak perlu diremajakan berulang-ulang selama
penggunaan (Humel 2007).
Pada
dasarnya pembuatan starter merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme.
Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak
mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya diberhentikan serta dibuat dalam keadaan
istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian
pertumbuhan mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium
tumbuhnya (rochintaniawati, 2012). Bakteri tersebut dapat diaktifkan atau
dihidupkan kembali jika ditempatkan dalam kultur baru (starter baru). Selain
kekurangan nutrisi yang menyebabkan bakteri mengalami fase tidur, ada faktor ekstrinsic
yang berupa kekurangan oksigen (semakin tebal gel/lapisan selulosa yang
terbentuk di permukaan).
Dalam
proses pembuatan starter perlu diperhatikan sirkulasi/aerasi yang ada. Aerasi
ini penting karena pada pembuatan starter
tidak diinginkan terjadi peragian alkohol. Biasanya starter di buat
kedap udara karena bakteri yang ditumbuhkan kebanyakan tumbuh pada kondisi
anaerob. Kondisi penyimpanan
kedap udara juga mampu mempertahankan kadar air starter kering dan melindungi
dari paparan oksigen berlebih sehingga dapat mengurangi terjadinya oksidasi
lipid (Erdiandini 2015). Selain itu juga harus diperhatikan penggunaan suhu inkubasi
agar aktifitas bakteri starter berlangsung secara optimal (Soeharsono, 2010). Menurut
Hamad (2014) Saat starter berumur lebih dari 40 hari jumlah koloni bakteri
mengalami penurunan sekitar 9% dikarenakan nutrisi berkurang.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi
didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh.
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan
makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan
organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan
nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi
(Baskhara 2014).
BAL merupakan kelompok mikroorganisme yang paling banyak digunakan
sebagai kultur starter, namun tidak semua BAL dapat digunakan sebagai starter
karena tidak aman dikonsumsi dan tidak optimal dalam meningkatkan kualitas
produk (Hummel et al. 2007). Adapun kriteria lain BAL yang
dapat digunakan sebagai starter kering fermentasi makanan yaitu memiliki
memiliki viabilitas tinggi setelah proses preservasi dan stabil selama proses
penyimpanan (Peighambardoust et al. 2011). Adapun beberapa metode
pengeringan yaitu di oven dan metode Vacum
drying. Metode pengeringan menggunakan metode vacum drying dapat mempertahankan anviabilitas mikroba apabila
menggunakan medium pemansan yang sesuai serta dilakukan pada kondisi yang
sesuai dengan sifat mikroba yang dikeringkan (rukmi dkk)
Dalam
penggunaannya banyak sedikitnya starter mempengaruhi produk yang akan
dihasilkan. Semakin % volume starter maka akan semakin besar pula kadar alkohol
yang diperoleh. Hal ini dikarenakan % volume starter mempengaruhi fase lag yaitu semakin besar % starter maka
semakin pendek fase lag, sehingga
cepat mencapai exponsial yaitu yeast tumbuh dengan sempurna dan mampu
beradaptasi dengan baik. Sehingga glukosa dapat terkonversi dengan maksimal dan
mulai terbentuknya produk. Semakin lama penyimpanan starter maka terjadi peningkatan
jumlah koloni bakteri (hamad 2014).
Starter beras
Menurut
sintasari (2014) beras merah merupakan salah satu komoditi pangan dengan kandungan
nilai gizi yang cukup baik, diantaranya kaya akan karbohidrat, protein, serat,
antioksidan, dan mineral. Jumlah karbohidrat pada tepung beras yang sebanyak 80
g dalam 100 g teppung beras yang diteliti dan tepung beras ketan putih
sebanhyak 79,40 g dalam 100 g tepung yang diteliti. Merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan kapang dan khamir (annonim, 2012). Dengan kata penggunaan
beras disini adalah sebagai sumber nutrien ataupun substrat bbagi mikroba untuk
tumbuh.
Proses
pembuatan starter yaitu beras ditimbangdan dicuci bersih, selanjutnya dikukus
dengan menggunakan dandang selama 30 menit (½ matang). Beras yang telah dikukus
dihamparkan di atas nampan sampai dingin. Setelah itu beras dimasukkan ke dalam
kantong plastik tahan panas masing-masing 100 gram. Selanjutnya beras dalam
kantung plastik tersebut disterilkan pada autoclave dengan temperatur 121 °C,
tekanan 15 psi dan dikonstankan selama 60 menit, lalu diangkat dan didinginkan.
Pada media beras yang steril tersebut dilakukan inokulasi isolat murni (Nuryanti
2012).
Pada
pembuatan kultur starter kering yoghurt, dimana penggunaan tepung beras dan
tepung terigu sebagai bahan pengisi dengan rasio tepung dan kultur 2:1 dapat
menghasilkan kultur dengan viabilitas yang tinggi . Komponen medium dan sel
mikroba sebagian besar tersusun atas air. Ini berarti dengan kadar pati yang
tinggi maka sel mikroba yang terikat pada pati semakin banyak. Selain
disebabkan oleh komponen pati yang terutama terdapat pada tepung beras,
viabilitas mikroba dengan bahan pengisi tepung kombinasi juga dipengaruhi oleh
kadar protein terutama gluten yang terdapat dalam tepung terigu (rukmi dkk ).
Viabilitas kultur kering hasil spray drying masih memenuhi
standar minimal starter yaitu 107 CFU/g. Hasil pengeringan menggunakan spray
dryer menunjukkan kadar air kultur kering yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil pengeringan menggunakan freeze dryer , namun
hasil analisis statsistik menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap respon kadar air (Humel 2007).
Penggunaan starter pada produk yang mengandung
laktosa, laktosa digunakan oleh bakteri starter sebagai sumber karbon
dan sebagai hasil metabolismenya dihasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH
aktivitas kultur starter yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa, serta sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Sintasari, 2014).
Manfaat
starter beras :
1.
Memperbaiki pencernaan khusunya pada usus.
2.
Digunkan untuk pembuatan susu fermentasi (kefir, yoghurt, dan lain
sebagainya).
3.
Mampu mengubah glukosa menjadi asam laktat, efek bakterisidal dari asam
laktat berkaitan dengan penurunan PH lingkungan menjadi 3-4.5 sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk.
4. Menghasilkan flavor, mempertahankan daya simpan.
Starter dedak
Dedak
dapat menjadi alternatif media pertumbuhan jamur karena mengandung protein,
selulosa, serat, nitrogen, lemak, dan P2O5 sebagai
nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur dan harga yang relatif murah.
Dedak juga mengandung karbohidrat sebanyak 84% dan Jagung 72 % sehingga sangat
disarankan untuk menggunaan dedak dan jagung sebagai media tumbuh jamur
(Damayanti 2014). Dedak padi umunya tidak tahan bila disimpan lama, hal ini disebabkan
karena adanya aktifitas enzim lipase dan peroksidase yang dapat menimbulkan
kerusakan dan ketengikan oksidatif pada dedak padi (Mustikawati 1997). Mikroba
pada starter juga terdapat mikroba unsur hara yang diperlukan dalam proses
dekomposisi bahan organik (agus 2014).
Jenis fermentasi yang digunakan dalam pembuatan
starter adalah fermentasi padat, caranya dengan menimbang dedak sebanyak
duapuluh ggram pada erlenmeyer 100ml, untuk menjaga kelembaban di tambahkan
20ml aquades, ;lalu medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121ºC,
selama 15 menit. Media didinginkan dan siap digunakan sebagai media aktifasi,
(Sari 2012).
Karbohidrat pada dedak berupa selulosa yang tersusun oleh ikatan kimia
β-1,4-glikosidik yang merupakan struktur yang kuat dan kompleks. Ikatan glikosidik
β-1,4 dan ikatan hidrogen pada struktur selulosa yang sangat kohesif
menyebabkan serat-serat selulosa sangat kuat, sukar larut dan penguraiannya
menggunakan sistem enzimatik cenderung memerlukan waktu yang lama (Damayanti
2014).
Enzim yang berperan mengkatalisis selulosa menjagi glukosa adalah enzim
selulase. Menurut (Sari, 2012) bakteri yang telah dipublikasikan sebagai
penghasil enzim selulase antaralain seperti Clostridium,
Cellulomonas, Bacilus, Erwinia, Acetobibria, Mikrobispora, dan Streptomyces. Sedangkan dari golongan
jamur antara lain Tricoderma,
Aspergillus, Schizophyllum dan Penicillium.
Manfaat Starter Dedak :
1.
Mampu membantu menstabilkan mikroflora dalam
saluran pencernaan.
2.
Meningkatkan nilai gizi pakan dan menurunkan
biaya pakan dalam produksi.
3.
Untuk pakan mempunyai dampak positif terhadap
pertumbuhan, produksi telur dan efesiensi penggunaan pakan yaitu memperbaiki
konversi pakan.
4.
Menetralisir toksin yang dihasilkan bakteri
pathogen.
5.
Menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan
mencegah kolonisasi di dinding usus halus.
6.
Mempengaruhi aktivitas enzim di usus halus
asimilasi kolesterol serta meningkatkan pertumbuhan dan performan ternak.
7.
Mempertahankan homeostatis yang memungkinkan
terjadi mekanisme destruksi atau degradasi kolesterol oleh mikroorganisme dalam
usus menjadi asam empedu kholat.
8.
Mengakibatkan terhambatnya enzim Hydroxi Metyl
Glutaryil-KoA reduktase.
CARA PEMBUATAN
1.
Pembuatan
inokulum
Inokulum
merupakan biakan mikroba yang ditumbuhkan pada medium cair yang berfungsi dalam
proses fermentasi. Inokulum harus digunakan setelah dibuat dalam waktu 1 x 24
jam.
Prosedur
pembuatan
1. Buat
media cair (Nutrient Broth, potato
dextrose broth, dll)
2. Misal
membuat potato dextrose broth : (
bahan sama dengan pembuatan media PDA tanpa agar)
3. Sterilisasi
media pada erlenmeyer, dengan autoclaf selama
15-20 menit, kemudian didinginkan.
4. Ambil
biakan mikroba / isolat murni sebanyak 1 ose atau 1 gram atau 1 ml.
5. Masukan
pada media secara aseptis.
6. Inkubasi
selama 2 x 24 jam.
7. Perhatikan
perubahan yang terjadi pada media cair tersebut.
2.
Pembuatan
starter
Sater merupakan biakan mikroba dalam
bentuk kering, dengan tujuan untuk mempertahankan mikroba dalam jangka waktu
lama.
Bahan
Dasar :
a. Sumber
karbohidrat : dedak onggok, polard, singkong, beras, jagung
b. Sumber
protein : kedelai, susu, tepung ikan
c. Sumber
lemak : lemak tallow, mentega
d. Sumber
selulosa/ serat kasar : kulit coklat, kulit ari kedele
Mikroba
: mikroba yang ingin digunakan (bakteri, jamur, yeast)
Prosedur
Pembuatan Starter
1. Timbang
bahan dasar (x gram), nmasukan dalam erlenmeyer (plastik tahan panas).
2. Bahan
dasar ditambah aquades dengan perbandingan 2:1 (kadar air 50%), apabila bahan
dasar sudah dalam bentuk cair dapat ditambahkan dengan bahan padat lain agar
mencapai kadar air tersebut.
3. Ditambah
dengan mineral mix sebanyak 2-3 %
(w/v) dari bahan dasar.
4. Pembuatan
mineral mix , yaminaediri dari : K2HPO4
0,6 g dalam ml aquades dan mineral 2, yaitu NaCL 1,2 g: (NH4)2SO4
1,2 g; KH2PO4 0,6 g; CaCl2
0,12 g; MgSO47H2O 0,25 g dalam 100 ml aquades. Kedua
sumber mineral dicampur menjadi satu, dihomogenkan. Apabila akan menggunakan
mineral alami dapat menggunakan air kelapa.
5. Disterilisasi
menggunakan autoclaf pada suhu 121 º
C selama 20 menit.
6. Biarkan
bahan dasar pada ruangan sampai suhu bahan dasar mencapai 37-40ºC
7. Inokulasi
bahan dasar dengan inokulum (masing-masing isolat) sebanyak 5-10% (v/w) dari
bobot substrat dengan kandungan mikroba sebesar 106 – 108
sel/ml
8. Inkubasi
(fermentasi secara batch culture pada
pH 6,8 dan pada suhu ruang), selama 5 x 24 jam. Ciri-ciri pembuatan starter
dikatakan berhasil, yaitu : bahan dasar tidak mengalami pembusukkan, berbau
harum dan timbul oksigen pada saat proses berlangsung.
9. Dikeringkan
pada suhu 40 ºC selama 2 x 24 jam.
10. Bahan
dasar yang telah kering kemudian dihaluskan, hasil ini adalah mikroba dalam
kondisi dorman, dapat disimpan dalam jangka waktu lama.
11. Penggunaan
starter untuk keperluan fermentasi adalah sbanyak 5-10% (v/w) dari bahan yang
akan difermentasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar