Minggu, 28 Agustus 2022

TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DEDAP PROBIOTIK

 

DEDAK PROBIOTIK

Dedak probiotik adalah produk fermentasi dedak menggunakan inokulum berupa probiotik (asinan kubis).


Alat dan Bahan

·         Alat

-          Autoklaf

-          Oven

-          Timbangan

-          Tabung reaksi

-          Plastic  tahan panas

-          Karet gelang tahan panas

·         Bahan

-          Dedak,  Inokulum (probiotik) dan aquades

Prosedur Pembuatan dedak probiotik

1.      Timbang bahan dasar (x gram), masukan dalam plastik tahan panas.

2.      Bahan dasar ditambah aquades dengan perbandingan 2:1 (kadar air 50%)

3.      Ditambah dengan mineral mix sebanyak 2-3 % (w/v) dari bahan dasar.

-          Mineral mix berperan dalam pertumbuhan mikroba yang diinginkan,

4.      Disterilisasi menggunakan autoclaf pada suhu 121 º C selama 20 menit.

-          Alasan digunakan 121°C atau 249,8°F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagiandalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lamauntuk mencapai suhu sterilisasi.

5.      Biarkan bahan dasar pada ruangan sampai suhu bahan dasar mencapai 37-40ºC

-          Menurunkan suhu bahan yang sudah disterilkan.

6.      Inokulasi bahan dasar dengan inokulum (probiotik) sebanyak 5-10% (v/w) dari bobot substrat dengan kandungan mikroba sebesar 106 – 108 sel/ml

7.      Inkubasi (fermentasi secara batch culture pada pH 6,8 dan pada suhu ruang), selama (?????) jam . Ciri-ciri dedak probiotik yang berhasil adalah tidak tumbuhnya jamur dan adanya aroma khas fermentasi.

-          Ph yang digunakan adalah ph yang umumnya baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu 6,5 – 7,0. Dan suhu ruang merupakan suhu yang baik untuk tumbuhnya spora yaitu 25 – 30º C

8.      Dikeringkan pada suhu 40 ºC selama 2 x 24 jam.

-          Mendormankan mikroba yang sudah ada pada bahan dasar digunakan suhu 40 ºC karena mikroba yang ditumbuhkan adalah mikroba mesofil yang hidup pada pencernaan dimana mikroba tersebut hidup pada temperature 5 – 60 ºC, namun suhu optimumnya adalah 25-40 ºC. jadi apabila bahan dikeringkan pada suhu tersebut, mikroba di bahan diharap tidak sampai mati.

 

A.    Dedak

Dedak adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan pakan ini sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak, karena ketersediaannya yang banyak dan dapan menekan biaya pakan. Kandungan nutrisi dedak halus yaitu PK sebesar 13,5%, LK 0,6%, SK 13%, Ca 0,1%, P 1,7% dan EM 1890 kkal/kg (rasyaf, 1990 dalam Putri, 2009). Namun dedak tidak terlalu diminati sebagai bahan campuran pakan unggas, menurut Wibawa (2015) keterbatasan penggunaan dedak padi sebagai campuran pakan unggas adalah karena kandungan proteinnya yang rendah, mudah tengik, dan adanya asam fitat yang mampu mengikat mineral Ca dan P, serta mengikat pro­tein menjadi fitat-protein kompleks yang berdampak pada menurunnya manfaat serta kecernaannya.

B.     Fermentasi dedak probiotik

Dedak probiotik adalah produk fermentasi dedak menggunakan inokulum berupa probiotik (asinan kubis). Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk dengan mikroba sebagai organisme pemproses (Yunenshi, 2011). Sedangkan menurut Sa’id (1987) Fermentasi diartikan  sebagai semua aksi mikrobial yang menghasilkan energi, yang dalam reaksi oksidasi-reduksi menggunakan senyawa organik sebagai donor dan akseptor elektron. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan starter mikroorganisme (kapang atau bakteri) yang sesuai dengan substrat dan tujuan proses fermentasi. Tujuan fermentasi disamping meningkatkan daya guna bahan dan mengeliminir zat anti nutrisi juga dapat membentuk biomassa. Adapun Tujuan fermentasi menurut Wikanastri (2012) adalah menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur dan biological availibility yang lebih baik, disamping itu juga dapat menurunkan anti nutrisinya.

Berdasarkan kebutuhan akan oksigen fermentasi dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama fermentasi aerob, yaitu fermentasi yang dalam prosesnya memerlukan oksigen. Tipe kedua fermentasi anaerob, yaitu fermentasi yang dalam prosesnya tidak memerlukan oksigen (Surono, 2004). Sedangkan menurut yunenshi (2011) Fermentasi asam laktat terbagi dua yaitu fermentasi homolaktat dan heterolaktat. Dalam fermentasi homolaktat, semua asam piruvat dirubah menjadi asam laktat sedangkan pada heterolaktat juga dihasilkan produk lain seperti etanol dan CO2. Bakteri yang termasuk homolaktat yaitu Lactobacillus acidophilus, L. bulgaris, L.casei, l.lactis, Streptococcus thermophillus, lactococcus lactis dan Pediococcus acidilactici sedangkan bakteri heterolakat dilakukan oleh bakteri heterofermentatif yaitu Lactabacillus bervis, L.fermentum, Leuconostoc lactis dan Weissella confuse.

Menurut Wikanastri (2012) proses fermentasi mempunyai kelebihan antara lain, tidak menimbulkan efek samping yang negatif, mudah dilakukan, relatif tidak membutuhkan peralatan khusus dan biaya relatif murah. Sedangkan Wibawa (2015) juga menyatakan, bahwa keuntungan fermentasi oleh mikroba adalah mampu mengubah makro molekul protein menjadi mikro molekul yang mudah dicerna oleh unggas serta tidak menghasilkan senyawa kimia beracun. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penggunaan khamir sebagai inokulan fermentasi nyata dapat meningkatkan kandungan protein pakan dan sebaliknya nyata menurunkan kandungan serat kasar pakan. penggunaan bahan pakan produk fermentasi ternyata dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A reduktase yang berfungsi untuk mensintesis kolesterol dalam hati.

Penelitian Rusli (2011) menunjukan bahwa, fermentasi dengan Monascus purpureus dapat meningkatkan kandungan zat - zat makanan dibandingkan sebelum fermentasi. Kandungan zat-zat makanan setelah fermentasi berdasarkan bahan kering adalah protein kasar 20,22%, serat kasar 19,58%, lemak 3,46% dan karotenoid monakolin 400,71 mg/kg, sedangkan sebelum fermentasi berdasarkan bahan kering adalah protein kasar 14,85%, serat kasar 19,90%, lemak 4,18% dan karotenoid monakolin 35,07 mg/kg. Proses dan produk fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah starter, jenis substrat, pH, dan suhu serta lama proses pemeraman (Fardiaz 1989).

Penggunaan starter dipilih yang mempunyai kemampuan biokonversi optimal sesuai dengan tujuan fermentasi, mudah dibiakkan, mudah didapat dan murah (Wikanastri 2012).  Menurut Penelitian Hersoelistyorini dkk. (2011), bahwa ekstrak fermentasi limbah sayur kubis dan sawi berpotensi sebagai starter fermentasi, dengan kandungan mikroba antara lain : Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Aspergillus sp, dan Rhizopus sp. Jumlah total Lactobacillus sp mencapai 108 dengan nilai pH ekstrak 3,77. Nilai pH ini terkait dengan terbentuknya asam laktat oleh Lactobacillus sp selama proses fermentasi berlangsung, yang berakibat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Sehingga, ekstrak fermentasi limbah kubis dan sawi layak digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi.

Wikanastri (2012) menambahkan, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah kadar air bahan. Pada perlakuan fermentasi kadar air bahan berkisar antara 60-70 % dengan perlakuan terbaik yaitu kadar air 70%. Hal ini dikarenakan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam starter asal kubis dan sawi didominasi Lactobicillus sp dan Saccharomyces sp yang optimum untuk pertumbuhan pada kadar air 70% dengan lama fermetasi 2 hari. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen fermentasi dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama fermentasi aerob, yaitu fermentasi yang dalam prosesnya memerlukan oksigen. Tipe kedua fermentasi anaerob, yaitu fermentasi yang dalam prosesnya tidak memerlukan oksigen (Surono, 2004). Faktor yang berpengaruh terhadap fermentasi meliputi waktu, pembalikan, dan aktifitas mikroba, serta pengurangan kandungan pulpa. Pada proses fermentasi mikroba berperan untuk memecah gula menjadi alkohol dan dilanjutkan pemecahan alkohol menjadi asam asetat (Amin, 2006).

C.    Probiotik

Bakteri probiotik atau bakteri baik adalah bakteri asam laktat yang hidup di dalam usus, bersimbiosis dengan mikroflora usus yang mampu melawan bakteri patogen di dalam usus, oleh karena itu pemberian probiotik dapat berpengaruh menguntungkan bagi kesehatan. Sebagian besar jenis bakteri pada probiotik berasal dari Lactobacillus atau Bifidobacterium. Dua golongan bakteri ini mampu memperpanjang massa simpan produk dan secara alami melindungi usus manusia (Saxelin, 1997 dalam yunenshi 2011). Fuller (1987) dalam Anggriani, dkk (2012) menambahkan bahwa Probiotik adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat meguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang. Sedangkan menurut Wizna (2008), Probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang berfungsi mengatur keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan melalui mekanisme competitive exclusion yang akhir‑akhir ini telah banyak digunakan sebagai feed aditive baik pada manusia  maupun ternak.

Probiotik menghasilkan sumber vitamin, enzim dan nutrien lainnya, serta dapat berfungsi meningkatkan populasi mikroba rumen (bakteri) dapat menyebabkan peningkatan penggunaan amoniam kecernaan serat dan sisntesis protein mikroba. Peningkatan pembentukkan protein mikroba akan menyebabkan laju aliran pakan ke usus halus akan lebih cepat, sehingga meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi (salfina, 2012). Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan pathogen yang bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme host, seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K (Adams, 2009).

Fungsi probiotik menurut Rahayu (2008) adalah :

-          fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan, mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan) antara probiotik dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen).

 

-          fungsi sistem imun tubuh, yaitu dengan peningkatan sistem imun tubuh melalui kemampuan probiotik untuk menginduksi pembentukan IgA, aktivasi makrofag, modulasi profil sitokin, serta menginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal dari pangan .

 

-          fungsi metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance.

 

Efek probiotik terhadap kesehatan dan mekanismenya dalam tubuh Sanders (2003) dalam Toma dan Pokrotnieks (2006)

Manfaat

Fungsi

Mekanismenya

1.Membantu pencer-naan

a.Irritable bowel syndrome, mengurangi gejala saluran cerna (konstipasi, diare non patogenik, flatulensi, kram, nafas yang berbau penyebab dari gangguan pencernaan)

b. Intoleran terhadap laktosa

- Perubahan populasi atau aktivitas dari mikroflora usus

 

 

 

 

 

 

- Pemindahan mikroba laktase ke usus halus

2. Sebagai pertahanan tubuh

a. Alergi (eksema atopik, alergi terhadap susu, rematik artritis)

- Translokasi, efek barrier

 

b. Kariogenik

- Perubahan populasi, aktivitas mikroflora oral atau yang menempel pada gigi

 

c.Karsinogenik, mutagenik, tumor

- Penyerapan mutagen, merangsang sistem imun, penghambatan produksi karsinogen oleh mikroflora usus

 

d. Diare karena penggunaan antibiotika, diare yang disebabkan oleh Rotavirus, Kolitis yang disebabkan oleh C. difficile, diare nosokomial

- Kompetisi pengeluaran, translokasi/efek barrier, meningkatkan respon imun

 

e. Peradangan usus, Kolitis ulserasi, Penyakit Crohn’s

- Penurunan regulasi respon imun

 

f. Pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan

- Aktivitas antimikroba, pengeluaran kompetisi

 

g. Imunomodulasi (status imun, respon vaksin)

 

 

 

 

h. Vaginosis, infeksi saluran kemih

- Interaksi dengan sel imun untuk meningkatkan aktivitas pagositosis dari sel darah putih, meningkatkan IgA setelah kontak dengan antigen. Meningkatkan proliferasi lekosit intra epitel, regulasi Th1/Th2, induksi sitosis sitokin

- Aktivitas antipatogenik, pengeluran kompetisi

3. Manfaat yang lain

a. Menurunkan kolesterol darah

- Dekonjugasi garam empedu

 

b. Endotoksemia dengan sirosis

- Penghambatan produksi endotoksin oleh mikroflora usus

 

c. Hipertensi

- Unsur seluler atau peptida yang berasal dari aktivitas fermentasi sebagai penghambatan ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

 

d. Batu ginjal

- Perubahan pencernaan yang mempengaruhi pemecahan oksalat

 

D.    Bakteri Asam Laktat

Menurut Yunenshi (2011) Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat digolongkan ke dalam bakteri probiotik adalah diketahui sebagai materi yang tidak berbahaya, dapat hidup selama dilakukan proses dan penyimpanan, memiliki efek antagonis terhadap bakteri patogen, toleran terhadap asam lambung, getah pankreas dan cairan empedu serta mampu melindung epitelium inangnya . Mikroba yang sering digunakan sebagai Probiotik

BAL

Selain spesies BAL

Lactobacillus

Bifidobacterium

Spesies BAL yang lain

 

Lactobacillus acidophilus

Bifidobacterium adolescentis

Enterococcus faecalis

Bacillus cereus var. toyoi

Lactobacillus casei

Bifidobacterium animalis

Enterococcus faecium

Escherichia coli strain nissle

Lactobacillus amylovorus

Bifidobacterium bifidum

Lactococcus lactis

Propionibacterium freudenreichii

Lactobacillus delbrueckii subsp bulgaricus

Bifidobacterium breve

Leuconostoc mesenteroides

Saccharomyces cerevisiae

Lactobacillus gallinarum

Bifidobacterium infantis

Pediococcus acidilactici

Saccharomyces boulardii

Lactobacillus gasseri

Bifidobacterium lactis

Steptococcus thermophilus

Lactobacillus johnsonii

Bifidobacterium longum

Sporolactobacillus inulinus

Lactobacillus paracasei

Lactobacillus

plantarum

Lactobacillus reuteri

Lactobacillus rhamnosus

Sumber : Holzapfel et al. (2001).

Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri gram-positif yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Asam laktat yang menghasilkan BAL dapat memberikan efek bakterisidal untuk bakteri lain karena dapat menurunkna pH lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat. Bakteri asam laktat (BAL) secara luas digunakan sebagai stater untuk fermentasi minuman, daging dan sayuran. Selain itu berperan sebagai bahan flavor dan pengembang warna. Mikroorganisme ini berperan dalam perubahan tekstur, aroma, warna, kecernaan dan kualitas nutrisi produk fermentasi (Kusmiati dan Malik, 2002).

Bakteri asam laktat termasuk mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam pangan karena sifatnya tidak toksik dan tidak menghasilkan toksik, maka disebut food grade microorganism atau dikenal sebagai mikroorganisme yang Generally Recognized As Safe (GRAS) yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan, bahkan beberapa jenis bakteri tersebut berguna bagi kesehatan. BAL bermanfaat untuk peningkatan kualitas higiene dan keamanan pangan melalui penghambatan secara alami terhadap flora berbahaya yang bersifat patogen (Kusmiati dan Malik, 2002). Senyawa yang dihasilkan oleh BAL diantaranya adalah asam organik, suatu peptida yang bersifat antimikroba, berbagai jenis vitamin, asam folat serta senyawa flavor. BAL juga menurunkan pH lingkungannya dan mengeksresikan senyawa yang mampu menghambat mikroorganisme patogen seperti H2O2, diasetil, CO2, asetaldehid, d-isomer, asam asam amino dan bakteriosin (Surono, 2004).

Suardana et al. (2007) melaporkan BAL dapat berfungsi sebagai biopreservatif karena kemampuannya untuk menghasilkan substansi antimikroba. Sifat-sifat penting bakteri asam Iaktat, yaitu: memfermentasi gula dengan menghasilkan sejumlah asam laktat, gram positif dan tidak membentuk spora, tidak mampu menghasilkan enzim katalase, bersifat anaerob fakultati{ memecah protein menjadi mono peptida dan asam amino tersedia bagi tubuh serta menghasilkan bakteriosin yang mampu menghambat bakteri patogen, berperan sebagai probiotik dengan tumbuh dan berkembang dalam saluran pencernaan, mampu hidup pada pH rendah, menekan bakteri patogen, menyerap bahan penyebab kanker dan tumor serta memacu kekebalan tubuh (Butt, 1999).

 

PUSTAKA MENGENAI SCABIES (GUDIG)

 

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcopte scabiei, yang ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi pada anak usiasekolah dan remaja. Di Indonesia, prevalensi skabies pada tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95%. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang paling sering terjadi saat itu Pada tahun 2003,terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) skabies di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di tahun 2004, prevalensi skabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%.

Arundany, A.S.2011. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG

CINA (Cassia alata L.L.) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jawa Timur.

Masa inkubasi dari penyakit Scabies bervariasi antara 10-42 hari. Rasa gatal akan nampak lebih jelas pada saat cuaca panas yaitu terjadi peningkatan aktifitas tungau (Sheahan, 1974). Bervariasinya masa inkubasi ini diduga erat kaitannya dengan kelebatan dari bulu bagian tubuh yang terserang. Penderita mengalami iritasi, tampak tidak tenang, menggosok-gosokkan tubuhnya, turunnya nafsu makan yang mengakibatkan merosotnya kondisi tubuh, serta turunnya pertambahan berat badan, kelemahan umum dan dapat berakhir dengan kematian. Disamping itu penderita dapat mengalami anemia (Sheahan, 1974; Putra dan Gunawan, 1981; Abu-Samra et all., 1981a). Kejadian eosinofilia pada babi penderita (Sheahan, 1974) dapat sampai 4-5%, serta pada kambing penderita sampai 16-30% (Abu-Samra et al.,1981a) dibanding dengan hewan normal.

Budiantono. 2004. KERUGIAN EKONOMI AKIBAT SCABIES DAN KESULITAN

DALAM PEMBERANTASANNYA. Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner,

Kelinci adalah hewan percobaan yang penting, dan juga penting untuk produksi daging. Oleh karena itu, informasi di bawah ini berguna juga untuk peternak kelinci dan untuk mereka yang menggunakan kelinci dilaboratorium. Disamping itu kelinci merupakan satwa harapan, binatang kesayangan karena dan lucu, kulit bulunya dan kotorannya bisa dijadikan pupuk organik yang sangat baik. Berbagai faktor teknis yang menghambat dalam pengembangan kelinci antara lain (1) kurangnya ketersediaan bibit bermutu, (2) tingginya mortalitas, (3) harga pakan yang mahal untuk skala komersial, (4) terbatasnya teknologi produksi yang tersedia dan (5) kurang sosialisasi dan promosi peranan kelinci di masyarakat.

Iskandar,T.2005.BEBERAPA PENYAKIT PENTING PADA KELINCI DI INDONESIA. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner

 

Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit scabies adalah gatal-gatal disertai terbentuknya bintik-bintik (rash), papula, dan vesikula. Antara papula satu dengan papula yang berdekatan letaknya, terlihat gambaran alur yang merupakan garis penghubung kedua papula tersebut. Keadaan tersebut dapat terjadi pada penderita skabies yang belum lama dan belum pernah diobati dengan obat anti skabies. Lokasi kemerahan, papula dan vesikula sebagai akibat skabies terdapat di bagian-bagian tubuh seperti kulit diantara jari-jari tangan, siku, aksila, dada, daerah inkuinal, lutut, dan kelamin

Iskandar, T.2000. MASALAH SKABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA. WARTAZOA Vol. 10 No. 1: 29-34

Kelinci merupakan salah satu ternak alternatif penghasil daging yang patut dipertimbangkan untuk tujuan memenuhi kesenjangan antara tingginya jumlah permintaan dan kurangnya ketersediaan produk asal ternak. Hal ini disebabkan kemampuan ternak kelinci untuk berkembang biak secara cepat. Periode kebuntingan yang pendek, cepat dewasa kelamin, prolifikasi tinggi dan kemampuan kawin kembali yang singkat setelah partus, kesemuanya menyebabkan interval generasi yang pendek serta kebutuhan permodalan dan tata laksana yang relatif sederhana dibandingkan dengan usaha ternak lain merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki ternak ini.

Tarsono,dkk.2009. PERFORMA LITTER KELINCI-INDUK LOKAL YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN UBI JALAR DISUPLEMENTASI SEJUMLAH KONSENTRAT BERBEDA. J. Agroland 16 (1) : 78 – 84

 

kelinci jantan dikawinkan pertama kalinya pada umur 9,2 bulan, sedangkan kelinci betina 7,9 bulan. Rata-rata siklus birahi pada kelinci adalah 11 hari. Lama kebuntingan pada kelinci rata-rata 29,83 hari. Seekor kelinci betina dapat menghasilkan anak sekitar 8,8 ekor per kelahiran. Umur sapih pada kelinci yaitu 37,83 hari dan tergantung permintaan pembeli atau pedagang perantara. Kelinci dapat dikawinkan lagi 24,9 hari setelah lepas sapih. Kelinci dapat beranak 6,69 kali dalam satu tahun. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penampilan reproduksi ternak kelinci potong di Kota Batu sudah baik, namun kelinci jenis potong tidak dikembangbiakkan sebagai kelinci pedaging melainkan sebagai pembibitan untuk dijual atau dikembangkan anakannya.

Fauzi,dkk.2015. PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY. Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.

Kandang sebagai tempat perkembangbiakan sebaiknya memiliki suhu berkisar antara 15-20o Celcius, sirkulasi udara lancer, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Kandang berdasarkan kegunaanya dibedakan menjadi kandang induk, baik induk dewasa maupun induk dengan anak-anakannya, kandang pejantan dan kadang untuk lepas sapih. Tidak ada ukuran tertentu untuk kandang, ukuran didasarkan pada skala usaha, iklim, kemudahan pengelolaan dan ukuran ternak itu sendiri. Kandang dengan ukuran 200 x 70 x 70 cm cukup untuk menampung 12 induk / 10 pejantan. Kandang dengan ukuran 50 x 35 x 45 cm dapat digunakan untuk anakan dan kelinci lepas sapih.

Widagdho,N.D.2008. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP’S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Waktu mengawinkan induk kelinci yang tepat terutama yang dipelihara pada daerah dataran rendah adalah pagi hari atau sore hari pada saat suhu lingkungan ticlak terlalu panas. Sedangkan pada daerah dataran tinggi . waktu untuk mengawinkan kelinci tidak menjadi masalah karena suhu lingkungan sudah dalam keadan sejuk sehingga peternak tinggal menyesuaikan waktu luang yang tersedia . Kegagalan kebuntingan. banyak terjadi pada perkawinan kelinci yang dilakukan dengan suhu lingkungan yang terlalu panas. Cekaman lingkungan yang panas pada pejantan dapat menghambat fertilitas sedangkan pada betina berisiko terjadinya kematian embrio atau terjadinya abortus. Selain itu ads kecendrungan induk kelinci menghasilkan liter size yang rendah. sehingga tidak menguntungkan dalam budidaya. Waktu yang tepat untuk kelinci kawin. adalah pada saat betina sedang estrus. Oleh karena itu sebelum dikawinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada induk. Jika dipaksakan untuk mengawinkan induk yang tidak estrus . sangat berisiko untuk tidak terjadinya kebuntingan sehingga dapat merugikan peternak.

Sumadia IW.P Dan Denny Purnama.2000. KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI.Teknis Fangsional non Peneliti

 

Nisbah kelamin atau "Sex Ratio" adalah perbandingan dari persentase kelamin jantan dan betna pada suatu kelahiran (Nalbandov, 1975). Secara teoritis perbandingan jantan - betina adalah 50 : 50 % (Robert, 1956 ; Mc Donald , 1976), artinya perbandingan yang dilahirkan antara jantan dan betina seimbang Hafez (1970) mengatakan bahwa, jantan lebih sedikit dilahirkan dari pada betina . Sandford (1979) menjelaskan bahwa, hal ini terjadi akibat kematian embrio jantan sebelum dilahirkan lebih tinggi. Robert (1956) melaporkan bahwa, persentasejantan lebih tinggi pads waktu bunting dibandmgkan seat lahir . Embrio jantan yang mati akan diserap kembah atau dapat juga abortus. Sastrodihardjo 1985, melaporkan bahwa nisbah kelamin padapeternakan kelinci di Jawa memiliki kesamaan ywtu 50 : 50%dengan kisaran 30 : 70%.

Purnomo,R.D.2000. POLA REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI. Teknis Fangsional non Peneliti

 

Kelinci dapat tumbuh dan berkembangbiak walaupun hanya diberikan hijauan dan limbah pertanian sebagai pakan utamanya. Pemeliharaan ternak kelinci secara tradisional dapat dilakukan dengan pemberian berbagai jenis leguminosa dan rumput-rumputan. Disamping itu dengan memanfaatkan sisa – sisa dari sayuran dan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, ampas tahu, pollard mampu meningkatkan produktivitas kelinci. Pemeliharaan secara intensif dengan menggunakan ransum komplit yang merupakan campuran dari bahan seperti jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, pollard, vitamin – mineral, kapur dan garam mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan.

Budiari,N.L.G.2014. PENGARUH ARAS KULIT KOPI TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN KELINCI LOKAL JANTAN (Lepus negricollis), Tesis PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR