MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG
MANAJEMEN
TERNAK SAPI
Oleh :
KELOMPOK 21C
Riska Mei Laraswati D1E014127
Muhamad Ibnu Sutanto D1E014140
Altian Darnawan D1E014144
Fahri Asya Akbari A D1E014145
Respati Putra Dani D1E014165
Arvind Muhammad R R D1E014173
Dewi Listyowati D1E014175
Dwi Ekha Kurniawan D1E014185
Rohmat Setyawan D1E014186
Arifah Sumiati D1E014173
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber
daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya
didalam kehidupan masyarakat.seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan
berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, juga menghasilkan ikutan lainnya seperti pupuk
kandang, kulit, dan tulang.
Tata
cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara
pemilihan bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara
perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan dan
tidak lupa pula penanganan limbah dari peternakan tersebut. Umumnya yang
dipergunakan dalam penilaian individual bibit adalah mengamati bentuk luar,
yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian bentuk tubuh, normal
tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah yang tidak terlepas
dari faktor genetis sapi potong. Menurut
Direktorat Bina Praduksi Dirjen Peternakan (1991), standar pembuatan kandang
harus menurut ketentuan sebagai berikut: tidak berdekatan dengan fasilitas umum
seperti masjid, sekolah, puskesmas dll, perlu mendapatkan persetujuan tetangga,
letak kandang terpisah, dibelakang rumah, drainase baik, tersedia cukup air,
ketinggian lantai 20cm sampai 30cm dari kandang sekitar, memungkinkan perluasan
sampai sejumlah pemilikan lima ekor.
Pakan
merupakan salah satu unsur penting yang menunjang kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi ternak. Pakan yang baik akan membuat ternak sanggup menjalankan
fungsi proses dalam tubuh ternak secara normal. Tujuan utama pemberian pakan
adalah menjamin pertambahan serta menjamin produksi yang paling ekonomis.
Selain itu pemberian pakan dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak
yang bersangkutan sesuai dengan tingkat produksi yang diinginkan. Perkawinan merupakan
bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan adalah suatu
usaha memasukkan sperma kedalam alat kelamin betina. Perkawinan yang lazim
dilakukan pada ternak sapi ada 2 macam cara yaitu : Perkawinan alam, perkawinan
buatan (IB/kawin suntik). Manajemen atau tatalaksana dapat diartikan sebagai
organisasi atau koordinasi faktor-faktor produksi guna mencapai efisiensi
maksimal dalam suatu proses produksi. Dengan demikian maka tatalaksana
merupakan suatu penetapan suatu usaha untuk mencapai sasaran produksi dengan
menggunakan teori tertentu, dalam bidang peternakan teori ini disebut teori
zooteknik.
1.2
Materi dan Cara Kerja
1.2.1
Materi
a.
Kelompok
tani ternak ( Mugi Hasil)
b.
Sapi
potong (PO dan Simental)
c.
Metline
d.
Tali
Rafia
e.
Pakan
f.
Timbangan
pakan
1.2.2 Cara Kerja
a. Pencarian data dilakukan dengan dua cara yaitu
wawancara dan pengukuran
b. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab dengan ketua
kelompok / peternak
c. Penimbangan jumlah pakan yang diberikan
d. Pengukuran dilakukan berkaitan dengan ukuran kandang
e. Pengukuran keseluruhan luas perkandangan
f. Pengukuran kandang tiap flok
g. Pengukuran kemiringan lantai dan atap kandang
h. Pengukuran tempat makan dan minum
i.
|
j. Pengukuran / pendugaan umur ternak dilihat dari jumlah
gigi seri yang tumbuh.
k. Hasil pengukuran dan wawancara dicatat.
1.3
Tujuan
1. Mengetahui Manajemen
pembibitan pada sapi potong.
2. Mengetahui Manajemen
pemberian pakan pada sapi potong.
3. Mengetahui Manajemen
perkawinan pada sapi potong.
4. Mengetahui Manajemen
perkandangan pada sapi potong.
5. Mengetahui Manajemen
pemeliharaan pada sapi potong.
6. Mengetahui Manajemen
penanganan kesehatan pada sapi potong.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1
Hasil
2.1.1
Identitas Peternak (Responden)
1. Nama
peternak :
Sakeco Umur : 36 tahun
2. Pendidikan : STM/SMK
3. Anggota
Keluarga : 4 orang
4. Alamat
Rumah :
Desa Kebocoran , Kecamatan Kedung
Banteng, Kabupaten Banyumas
5. Pengalaman
Berternak : 25 Tahun
6. Tujuan
beternak sapi :
Usaha Sampingan
7. Sistem
Pemeliharaan :
Tradisonal
8. Modal
Usaha :
Rp.50.000.000,00
9. Pencurahan
jam kerja (PJK) peternak dalam memelihara ternak sapi :
Deskripsi
|
Jumlah
(ekor)
|
PJK (jam/hr)
|
Jumlah tenaga kerja (orang)
|
Menggembalakan
|
2
|
< 3 jam
|
3
|
Mengarit
|
2
|
< 3 jam
|
3
|
Memandikan
|
2
|
1 mg sekali
|
3
|
Membersihkan kandang
|
2
|
2 kali sehari
|
3
|
Mengobati
|
2
|
Jika sakit
|
1
|
Mengawinkan
|
2
|
IB
|
1
|
Menjaga keamanan
|
2
|
Setiap hari
|
Kelompok
|
2.1.2
Manajemen Pemilihan Bibit Sapi
1. Bangsa
sapi yang dipelihara : Peranakan
Ongol (PO)
2. Tipe
ternak :
Potong
3. Populasi
ternak yang dimiliki :
Klasifikasi Ternak
|
Sapi
|
|
Ekor
|
ST8
|
|
anak jantan5
|
2
|
-
|
Anak betina5
|
2
|
-
|
Muda jantan6
|
1
|
-
|
Muda betina6
|
2
|
-
|
Dewasa jantan7
|
6
|
-
|
Dewasa betina7
|
17
|
-
|
Keterangan : 5) Umur <1 tahun 6)Umur 1-3 tahun 7)Umur >3 tahun
8)Satuan Ternak Besar; 1 ek. Dewasa
= 1 ST ; 1 ek muda =0,5 ST; 1 ek. Anak 0,25 ST
4.
Umur bibit/bakalan mulai dipelihara 0-18
bulan
5.
Asal usul bibit/bakalan yang dipelihara
dibeli dari pasar
6.
Cara memilih bibit/bakalan dilihat dari
kondisi tubuh besar dan baik, memiliki badan yang tinggi minimal 130 cm.
2.1.3
Manajemen Pemberian Pakan
1. Hijauan
yang diberikan adalah jagung dan setaria
2. Frekuensi
pemberian hijauan enam kali per hari
3. Hijaun
diperoleh dari desa kebumen
4. Cara
penyjian hijaun, hijaun disajikan di tempat pakan
5. Sapi
tidak di berikan konsentrat
6. Sumber
air minum berasal dari sumur
7. Frekuensi
pemberian air minum 1 kali/hari
2.1.4
Manajemen Perkawinan
1.
Metode
perkawinan yang dilakukan adalah
inseminasi buatan
2.
Biaya
satu kali perkawinan Rp50.000,00
-100.000,00
3.
Pejantan
yang digunakan adalah dar dinas
4.
Umur
pejantan yang digunakan adalah tergantung dinas
5.
Jika
dengan IB, semen beku dari bangsa simental
6.
Umur
pertama kali dikawinkan, jantan tergantung dinas dan betina 1,5 tahun
7.
Tanda-tanda
berahi menurut peternak adalah nafsu
makan menurun, mengeluarkan suara (bengok-bengok), vulva berlendir
8.
Tanda-tanda
sapi induk akan melahirkan adalah nafsu makan menurun, gelisah
9.
Kelahiran
sering kali terjadi pada pagi hari
10. Proses kelahiran Nornal Sediri, jika
ada kelain dibantu mantri
11. Cara penanganan pedet yang baru lahir
lantai dialasi jerami, dibantu membersihkan lendir
12. Umur sapi disapih 4 bulan
13. Cara penyapihan tetap satu kandang
2.1.5
Manajemen Perkandangan
1.
Jumlah
kandang yang ada :
4 buah
2.
Ukuran
pen masing-masing : p= 12 m; l=8 m
3.
Bahan-bahan
bangunan kandang :
bambu, kayu,asbes
4.
Bahan
lantai kandang :
semen
5.
Kemiringan
lantai kandang :
1,03 derajat
6.
System
penggunaan kandang :
kelompok
7.
kemiringan
atap kandang :
35 derajat
8.
Biaya
pembuatan kandang :
Rp 8.000.000,00
9.
Posisi
tempat pakan dan minum : di
dalam kandang
10. Ukuran tempat pakan :
p= 1,81 m; l=6,5 m; t= 0,38 m
11. Tempat penyimpanan pakan : tersedia
12. Jarak antara kandang dengan rumah
penduduk : 1 km
13. Tempat penampung kotoran : ada
14. Fasilitas pendukung selain kandang :_gerobak,cangkul, skop, sabit, karung, selang, asahan, ember.
15. Denah kandang :
2.1.6 Manajemen Pemeliharaan
1.
Cara
pengelolaan ternaknya :
kelompok
2.
Status
kepemilikan ternak :
milik sendiri
3.
Jika
pola gaduhan, jelaskan sistemnya : bagi
hasil
4.
Apakah
ternak dimandikan :
ya
5.
Dimandikan
:
1 kali/ minggu
6.
Apakah
dilakukan pengeluhan tidak,
alasannya adalah sapi jinak
7.
Apakah
dilakukan sistem identifikasi tidak,
lasannya adalah sudah paham miliknya
8.
Apakah
dilakukan kastrasi tidak, alasannya adalah
sapi dijadikan sebagai pejantan
9.
Apakah
dilakukan dehorning tidak, alasannya tanduknya pendek dan sapi sudah jinak
10. Apakah dilakukan pemotongan kuku
tidak, lasannya adalah kuku sudah rapih
11. Apakah dilakukan dipping tidak.
Alasannya adalah tidak ada tempat dan membutuhkan biaya besar
12. Apakah sapi digembalakan tidak,
alasannya adalah lokasi padang penggembalan tidak ada
13. Pemeliharan jantan dan betina dipisah
yaitu dengan cara diikat
14. Apakah dilakukan recording ya
15. Bagaimana perawatan induk yang sedang
bunting adalah kandang dipisah, frekunsi pmberian air minum diperbanyak
yangdcmpur garam, diberi air leri.
16. Bagaimana perawatan pedet yang baru
dilahirkan adalah diberi air taji, diberi jerami dilantai kandang.
2.1.7
Manajemen Pengendalian Penyakit Dan Pemgolahan Limbah
1.
Penyakit
yang sering menyerang sapi : kaki
bengkak, kembung, pilek
2.
Cara
mengatasi penyakit tersebut diatas :
a.
Kaki
bengkak :
air hangat+ garam+ nasi dicamapur lalu dioleskan
b.
Kembung :air
hangat+ asam jawa+ gula dicampur lalu diminumkan
c.
Pilek
:
disuntik
3.
Biaya
pengobatan :
Rp 50.000,00
4.
Cara
pencegahan penyakit oleh peternak :
sanitasi dan pembersihan kandang
5.
Tindakan
vaksinasi :
tidak dilakukan
6.
Tindakan
kebersihan kandang : tiap hari
7.
Tindakan
sanitasi lingkungan :
dilakukan
8.
Penanganan
limbah :
dilakukan
9.
Cara
pengolahan limbah :
urine dialirkan ke sawah dan feses ditampung/dikumpulkan
2.2
Pembahasan
2.2.1
Manajemen Pemilihan Bibit
Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha peternakan adalah dengan menggunakan bibit yang mempunyai kualitas yang baik. Bibit yang baik dan
berkualitas maka akan meningkatkan produktivitas hasil ternak dari tujuan usaha
yang dijalankan, namun bibit bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
usaha peternakan.
Umumnya yang dipergunakan
dalam penilaian individual bibit adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk
tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian bentuk tubuh, normal tidaknya
pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah yang tidak terlepas dari
faktor genetis sapi potong (Murtidjo, 1990). Peternak mendapatkan bibit dari Pasar
Sokaraja, hal ini juga kurang
menjamin ternak dalam hal kesehatan, kualitas, dan hasil produksinya. Menurut Sugeng (2006)
menyatakan bahwa pemilihan sapi bibit diperlukan pengetahuan, pengalaman, dan
kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar yang meliputi bangsa dan sifat
genetis, bentuk luar, serta kesehatan.
Menurut Santosa (1984), saat
penilaian (judging) ada beberapa hal yang dapat dilihat dan diperhatikan
peternak, yaitu :
1. Pandangan Samping, yang diperhatikan adalah kedalaman
tubuh, keadaan lutut , kekompakan bentuk tubuh, ketebalan legok lapar, pinggul
dan kaki.
2. Pandangan Belakan, yang diperhatikan adalah Kedalaman
pantat, kebalaman otot, kelebaran dan kepenuhan bokong dan keserasian berdiri
pada tumpuan kaki-kakinya.
3. Pandangan Depan, yang diperhatikan adalah Bentuk dan
ciri-ciri kepala, kebulatan bagian rusuk, kedalaman dada dan pertulangan, serta
keserasian kaki depan.
4. Perabaan, yang dapat diperoleh dari hasil perabaan adalah
tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan ,
kerapatan, dan kelunakan kulit, serta perlemakan.
Hasil praktikum dilapangan bibit yang dipilih merupakan jenis sapi Peranakan Ongole
(PO) dan Simmental. Hal ini mungkin
dikarenakan habitat sapi Ongole atau Peranakan Ongole lebih mampu toleran dan cocok dengan keadaan lingkungan
di Indonesia. Menurut Sudarmono dan Bambang (2008) mengatakan bahwa sapi Ongole merupakan sapi yang berasal dari daerah India. Ketika kita melihat letak
geograpisnya, sapi ini merupakan sapi daerah tropis juga sehingga
cocok untuk hidup di Indonesia.
Umur bibit atau bakalan yang dipelihara mulai dari umur 0–1,5 tahun. Bibit
didapat dari Pasar Sokaraja, dengan memiliki kriteria tubuh besar dan baik, memiliki badan yang
tinggi minimal 130 cm, serta badannya kompak atau seragam. Menurut Subianto (1993), bibit ternak yang
baik adalah mempunyai ciri–cirri: (a) Mata bersinar, (b) Bulu halus dan
mengkilap, (c) Kulit nampak elastis dan sub cutan dilapisi film lemak, (d)
Sikap berdiri tegak,kuat, (e) Gerak lincah, riang, dan kuat.
2.2.2 Manajemen Pemberian
Pakan
Pakan merupakan salah satu
unsur penting yang menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak.
Pakan yang baik akan membuat ternak sanggup menjalankan fungsi proses dalam
tubuh ternak secara normal. Tujuan utama pemberian pakan adalah menjamin
pertambahan serta menjamin produksi yang paling ekonomis. Selain itu pemberian
pakan dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak yang bersangkutan
sesuai dengan tingkat produksi yang diinginkan. Bila ditinjau dari segi
ekonomisnya, total biaya yang diinvestasikan dalam usaha peternakan sebanyak
60% sampai 70% digunakan untuk biaya pakan (Anggorodi dkk, 1974).
Pak Sali melakukan manajemen
pemberian pakan hanya dengan memberikan pakan ternak dalam bentuk hijauan, dan
tidak diberi konsentrat karena keterbatasan biaya. Macam hijaun yang diberikan
adalah rumput lapang, rmbanan, daun ketela, jerami jagung, dan jerami padi.
Hijauan-hijauan tersebut merupakan limbah pertanian yang didapat dari ladang
dan kebun. Penggunaan limbah pertanian sebagai pakan ternak mempunyai beberapa
kekurangan diantaranya :
1.
Kandungan serat kasarnya tinggi
2.
Nilai gizinya rendah sehingga palatabilitas
dari ternak juga rendah.
Frekuensi pemberian pakan
hijauan dilakukan sebanyak 2 kali per hari. Hijauan tersebut diberikan pada
anak sapi atau pedet, sapi muda, dan dewasa, dengan jumlah pemberian untuk
pedet sebanyak 25 kg/hari; pagi 12,5 kg, sore 12,5 kg, sapi muda sebanyak 50
kg/hari; pagi 25 kg, sore 25 kg, sapi dewasa sebanyak 50 kg/hari; pagi 25 kg,
sore 25 kg. Selain pemberian hijauan diberikan juga feed additive yaitu bekatul
dengan cara ditaburkan pada pakan rumput. Pemberian bekatul untuk meningkatkan
kecukupan nutrisi ternak dari pakan dasar.
Garam merupakan sumber
mineral dan berfungsi sebagai perangsang nafsu makan dan dibutuhkan dalam
fungsi fisiologis tubuh sapi.garam sangat diperlukan oleh ternak dan harus
dapat disediakan bersama-sama dengan penyediaan air minum. Jumlah pemberian
garam pada sapi dewasa 6 – 8 gram per 100 kg bobot badan, sedangkan hasil
praktikum pemberian garam sebesar 10 gram/ekor per hari. Pemberian air minum
diberikan dengan intensitas 2 kali perhari, dengan jumlah pemberian sebanyak 10
liter per ekor per hari. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum namun beberapa sumber
menyatakan bahwa kebutuhan air minum seekor sapi yang sedang menyusui sebanyak
lima kali dari produksi susunya.
Secara umum kebutuhan
mineral tergantung pada produktivitas dari ternak yang bersangkutan. Pemberian
mineral dalam pakan sapi harus dalam keadaan seimbang karena mineral yang tidak
seimbang (in balance) baik kekurangan
ataupun kelebihan akan mengakibatkan menurunnya produksi dan menimbulkan
masalah pada reproduksi dan kesehatannya. Hilangnya pigmen rambut atau bulu,
rontoknya rambut, anemia, nafsu makan turun, tulang tumbuh abnormal, tetany,
infertilitas merupakan gejala-gejala yang sering dijumpai pada ternak
ruminansia yang kekurangan mineral.
Masalah
pakan yang dihadapi peternak biasanya terjadi saat musim kemarau. Pada saat
musim kemarau produksi hijauan menurun dan peternak menjadi kesulitan dalam
mencari hijauan sehingga dapat mengakibatkan pemberian hijauan kepada ternak
pun menjadi sedikit daripada biasanya.
2.2.3
Manajemen Perkawinan
Perkawinan merupakan
bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan adalah suatu
usaha memasukkan sperma kedalam alat kelamin betina (Abidin,2006). Menurut
Setyaningrum dkk (2003), perkawinan yang lazim dilakukan pada ternak sapi ada 2
macam cara yaitu :
1.
Perkawinan alam
2.
Perkawinan buatan (IB/kawin suntik).
Penentuan waktu kawin yang
tepat perlu diperhatikan agar sapi betina dapat menjadi bunting dan konsepsi.
Saat optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak sapi adalah pertengahan
estrus sampai akhir estrus. Tanda–tanda estrus pada sapi potong betina adalah
sebagai berikut:
1. Vulva
berlendir, berwarna agak kemerahan.
2. Vagina
agak kemerahan.
3. Gelisah
(sering bersuara, tidak mau diam/sering menaiki ternak lainnya)
Metode
perkawinan yang dilakukan pada umumnya di peternakan tradisional yaitu kawin
secara alami sedangkan pada sapi Simental dengan menggunakan IB dengan biaya
Rp. 30.000,00 dalam sekali kawin, pejantan yang digunakan milik peternak lain/
menyewa dengan umur pejantan 3 tahun. Pejantan yang digunakan untuk pertama
kali dikawinkan berumur 30 bulan dan betina berumur 18 bulan. Tanda-tanda
birahi menurut peternak seperti nafsu makan turun, bersuara terus-menerus, dan
keluar lendir, serta tanda-tanda sapi induk yang akan melahirkan gelisah, nafsu
makan turun.
Kelahiran sering terjadi
pada pagi hari dengan proses kelahiran sendiri tetapi apabila terjadi kesulitan
dalam proses kelahiran di bantu mantri ternak. Pedet yang baru lahir dilakukan
penjagaan, Cara penanganan pedet yang baru lahir dengan cara, dibersihkan dan
diberi alas jerami agar pedet merasa hangat dan nyaman. Pada saat sapi disapih
berumur 9 bulan penyapihan dilakukan dengan cara dipisahkan dari induk dan
diikat.
2.2.4
Manajemen Perkandangan
Syarat kandang yang baik
yakni menggunakan kayu dan kuat, hal
tersebut untuk menopang kandang agar berdiri tegak, selain itu terdapat sistem sanitasi, selokan, kemudiann tempat untuk membuang feses agar kandang
tetap terjaga dan bersih agar sapi tersebut nyaman berada di dalam kandang. Ukuran kandang pun sangat berpengaruh
terhadap sapi tersebut.
Menurut Purbowati (2009) bahwa ukuran
kandang untuk sapi
potong jantan dewasa yaitu 1,8 x 2 m/ekor sedangkan untuk betina 1,5 x 2 m/ekor
dan untuk anak sapi 1,5 x 2 m/ekor.
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu fakotr produksi yang
belum dapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong khususnya peternakan
rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai dengan persyaratan teknis sehingga akan
menggangu produktivitas ternak, kurang efisien dalam tenaga kerja dan berdampak
pada lingkungan sekitar. Menurut Wibowo (2010) ada beberapa syarat yang harus di lakukan
antara lain (1). Memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2). Mempunyai
ventilasi yang baik, (3). Efisiensi dalam pengolaan, (4). Melindungi ternak
dalam pengaruh iklim dan keamanan kecuriaan, (5). Tidak berdampak pada
lingkungan sekitarnya.
Lantai kandang sangat
berpengaruh terhadap kenyaman sapi tersebut. Lantai
kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau tempat berpijak dan
berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai kandang harus
benar-benar memenuhi syarat yang dipenuhi. Syarat tersebut antara lain rata, tidak licin, tidak mudah
menjadi lembab, tahan injakan, atau awet (Haryanto, 2015).
Tempat
pakan dan minum juga haru diperhatikan untuk kelangsungan hidup sapi tersebut
agar tetap dalam kondisi yang baik. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran
panjang 60 cm, lebar 50 cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat
pakan diperlukan untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya
pakan akan membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan ternak
tetapi hanya berserakan didalam maupun luar kandang. Tempat air minum
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum ternak dan menghindari tumpahnya air
jedalam kandang. Menurut Ngadiyono (2007) bahwa syarat tempat pakan dan air minum
adalah: (1). Mudah dijangkau oleh mulut ternak tetapi tidak bias terinjak, (2).
Mampu menampung jumlah pakan/air yang diperlukan ternak sampai pemberian
pakan/air berikutnya, (3). Tidak mudah digerak-gerakkan oleh ternak sehingga
pakan/air minum yang adak tidak tumpah atau terjatuh ke tanah. Khusus tempat
air minum tidak boleh bocor yang mengakibatkan mengairi kandang.
Menurut
(Ngadiyono, 2007) dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan
untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan
bersih. Peralatan kandang yang diperlukan
antara lain ember,
digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan ternak. Sebaiknya
ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastik.
2.2.5
Manajemen Pemeliharaan
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi dan mempercepat penyebaran ternak besar oleh peternak adalah dengan cara pemeliharaan ternak tersebut.
Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi perkembangbiakan serta terjaminnya kesehatan ternak. Menurut Wello (2011) cara pemeliharaan dapat dibedakan atas 3 pemeliharaan yaitu sebagai berikut :
1.
Pemeliharaan secara ekstensif, biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput luas, seperti Nusa Tenggara, Sulawesi Seatan, dan
Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang pengembalaan,
sedangkan pada malam hari sapi hanyadikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar disebut kandang terbuka.
2.
Pemeliharaan secara intensif, yaitu ternak dipelihara secara terus-menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak haru sada. Seluruh kebutuhan sapi disuplay oleh peternak, termasuk pakan dan minum.
3.
Pemeliharaan semi
intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secaraintensif dan secara ekstensif.
Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat pengembalaan
di mana sapi di gembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari
Manajemen pemeliharaan sapi potong perlu dilakukan.Untuk itu ada beberapa metode yang harus dilakukan. Menurut Purbowati (2009) metode pemeliharaan sapi potong berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu:
1. Pemeliharaan sapi potong pembibitan
·
Sapi induk,
Selain pemberian pakan
yang baik pemeliharaan kesehatan dalam pemeliharaan sapi induk perlu juga diperhatikan sistim perkawinannya,
sehingga induk dapat melahirkan setiap
1 – 18 bulan sekali.
·
Induk
bunting, Sapi yang mengalami proses produksi harus mendapat perlakuan dan pakan
yang baik. Pakan harus cukup baik,
berikan pakan penguat sebanyak 2-3 kg/ek/hr ditambahkan mineral. Tempatkan sapi dikandang tersendiri agar merasa tenang. Jagalah kebersihan kandang, alasi lantainya dengan jerami/rumputkering.
·
Pemelihraan anak sapi, Setelah anak sapi lahir segera bersihkan lendir
yang menempel pada tubuhnya, terutama bagian hidung dan mulut.
Potong tali pusar dan olesi dengan yodium.
Biarkan anak sapi menyusui pada induknya sampai
4 bulan. Mulai diperkenalkan dengan konsentrat pada umur
3 minggu.
2. Pemeliharaan sapi potong kereman
Ada 4 patokan dalam memilih sapi untuk dierem, diantaranya :
·
Sapi yang berumur kurang dari satu tahun
yang akan diperlukan masa kereman selama 8-12 bulan.
·
Sapi berumur
1-2 tahun dengan masa kereman selama 6-8 bulan.
·
Sapi
yang berumur 2-3 tahun dengan masa kereman selama 4-6 bulan.
·
Sapi yang berumur 3 tahun keatas dengan masa kereman maksimal selama
4 bulan.
Tatalaksana pemeliharaan dapat dibagi 3 sesuai tujuan pemeliharaan yaitu :
1) Tujuan untuk menghasilkan anak
Induk dan anak dipelihara bersama sampai anak disapih umur
6 - 8 bulan dan kemudian anak dijual.
2) Tujuan untuk menambah dan memperbaiki kualitas daging
Penggemukan dapat dilakukan
di kandang atau padangrumput. Lama penggemukan tergantung umur sapi. Bila umur
1 – 2 tahun dibutuhkan waktu 6 bulan. Bila umur sapi dewasa 2 - 3 tahun dibutuhkan waktu
4 bulan.
3) Tujuan untuk bibit
Dipelihara sapi-sapi jantan dan betina dari jenisunggul (Marawali,2014).
2.2.6
Manajemen Kesehatan
Penyakit yang sering
menyerang ternak sapi adalah kembung, keluar lender dari hidung, dan kaki
bengkak. Cara peternak mengatasi kembung yaitu ternak diberi air hangat,
ditambah asam merah, dan ditambah sedikit gula merah. Lendir yang keluar dari
hidung cara mengatasinya adalah pengobatan suntik dari mantri hewan setempat,
biaya pengobatan sebesar Rp. 30.000,00 per suntik. Kaki bengkak dilakukan pengobatan
dengan pemberian air hangat ditambah garam dan ditambah nasi yang dicampur
menjadi satu dan dioleskan pada bagian kaki yang bengkak.
Cara pencegahan penyakit
oleh peternak yaitu dengan perbaikan sanitasi yang dilakukan setiap 3 minggu
sekali dan pembersihan kandang dilakukan sesering mungkin, tindakan pembersihan
kandang dilakukan setiap hari. Vaksinasi kurang terlihat dan tidak dilakukan.
Bloat salah satu penyakit
yang sering menyerang ternak sapi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan yang
mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tidak bias cepat keluar. Kasus
bloat semacam ini banyak dialami oleh sapi yang merumput di lapangan pneggembalaan yang masih basah karena embun
pagi, sapi yan makan biji-bijian gilingan terlalu banyak tetapi kurang mendapat
hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang terlalu banyak makan hijuan
jenis leguminosae. (Sugeng, 2006). Tanda-tanda bloat diantaranya :
1.
Lambung pada sebelah kiri membesar dan
kencang
2.
Lambung kiri tersebut bila diketuk dengan
jari berbunyi seperti drum, akibat rentangan perut yang sangat kencang
3.
Pernafasan terganggu dan bekerja berat
demikian pula konstraksi rumen yang sangat kuat
Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengatasi
bloat, yaitu :
1.
Tidak memberi pakan leguminosae berlebihan (maks
50%)
2.
Tidak menggembalaan ternak terlalu pagi pada
lapangan yang basah karena embun atau hujan
3.
Tidak memberi pakan biji-bijian tanpa
diimbangi pakan hijaun berserat kasar tinggi
Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusOver 160k men and women are losing weight with a easy and SECRET "liquid hack" to lose 1-2 lbs every night in their sleep.
It's very simple and works all the time.
This is how you can do it yourself:
1) Grab a glass and fill it half full
2) Then use this weight losing hack
so you'll be 1-2 lbs thinner in the morning!